How is Bali? (Day 1)

December 14, 2018


Satu kalimat pembuka : Not too memorable 

Gue bukan menyalahkan Bali itu sendiri, gue hanya menyayangkan kesempatan mengunjungi tempat indah ini dengan keadaan yang jauh dari kata ideal. Ini bukan liburan yang sesungguhnya. Ini nggak lain adalah fomalitas yang harus dijalankan oleh seorang karyawan yang mengabdi pada sebuah perusahaan.

When people got envy about me going to this place, I have never expected anything about this vacation.
Why? 
Because, I went there with a group travel member which contains a bunch of people (more than 300++ people).. This is kind of full package travel with you sticking around with your tour leader, going here and there by full AC busses, without knowing anything, just going and keep going by the itinerary that has been set.. and yep.. You never ever get immerse with the surrounding circumstances and the culture. 
This is definitely not what is called a vacation. Such a waste.

Jadi, gue akan melakukan fast recap tentang perjalanan gue di Bali minggu lalu.


Gue berangkat Jum'at tanggal 7 Desember lalu. Gue di Group 1 dimana rombongan gue ini masuk ke rombongan berangkat paling pagi. Kita stanby di kantor jam 02.00 dan sampai di CGK kurang lebih sekitar pukul 03.30. Kepagian banget emang padahal flight gue waktu itu jam 05.40.

Mendaratlah kita di I Gusti Ngurah Rai kurang lebih pukul 10.00 WITA dan langsung meluncur ke HAWAII. Bayangin aja gimana nggak asiknya baru landing langsung di suruh belanja -_- seperti saat gue ke Jogja bareng kantor dulu, saat orang berjubel milih barang-barang unyu, gue milih untuk ngaso nyari jajan karena kebetulan gue belum sarapan. Makanan pertama gue di bali adalah.. JAJAAAAANG... Unicornerto! Gue lagi addict banget sama es krim ini..


Beres sarapan es krim, rombongan lansung cuss ke destinasi ke dua, yaitu Garuda Wisnu Kencana. Lagi-lagi, sayang seribu sayang, saat kedatangan gue ke GWK waktu itu bertepatan dengan Day 1 nya DWP yang otomatis GWK tutup. Kata Bli Wira- (yang seterusnya akan gue sebut Bli Wir) cuma rombongan kantor gue yang dapet izin masuk area GWK karena hari ini area seharusnya sudah steril. TAPI ITU JUGA TETEP NGGAK MASUK KE GWK-nya. Padahal ada spot yang bagus buat ambil gambar. Syedih akutu macem ini -_-, disana kita cuma makan siang di Beranda Resto GWK.


Lanjut Jumatan yang ikhwan dan dzuhur yang akhwat, abis itu cabut ke next destination yang oke, gue harus akui this is the real Dewata Island
– Uluwatu Temple.
The temple itself is not very impressive, but the scenery around is an extraordinary beauty. 


Faktanya, sebetulnya gue nggak suka group photo.
Selca, selca cantik itu unfaedah menurut awak. Apalagi saat lu dateng ke tempat keren tapi lu terlalu sibuk dengan taking selfie daripada mengkhimati keindahan di depan mata lu. Lebih keselnya lagi kalau elu dan partner travel elu riweuh satu sama lain minta gantian ambil foto keren yang berujung pada retake, retake dan retake -_- *munafiknya, walaupun gitu gue tetep ngikut karena kalau nggak gitu, nggak akan ada foto gue di dokumentasi orang-orang wkwkw..


I should say big thanks to my beloved lil sista, Jarisa Alfi Yulianti. 
She took a bunch candid photos of me while I don't have any proper photo during this vacation. If there's no her, I never had such a proper photo during this trip, thanks gurl :* 


Setelah gagal mencari teman lama gue yang benama; Kera di Uluwatu, akhirnya kami lanjut perjalanan ke destinasi selanjutnya, Pantai Pandawa.


Kalau boleh gue katakan, pantainya B aja sebetulnya, gue malah lebih exited ketika Bli Wir nyeritain gimana dulu buat ke Pandawa itu susah banget kudu naik turun bukit dan sekarang udah dipermudah dengan bukit yang di dinamit buat buka jalan. Nah, jalan menuju ke Pantai Pandawa yang tebing-tebing nya lagi on process di bikin patung-patung itu lebih bikin gue amaze ketimbang pantainya. Jalan kelok-kelok di tengah tebing menuju ke Pantai Pandawa itu keren macem jalan-jalan di California yang biasa buat syuting *halaaah~

Disini gue sama sekali nggak mendekat ke pantai.
Panas bok. Bukan takut item, tapi sebagai anak yang lebih dari 19 tahun menghirup udara sejuknya puncak, gue nggak nyaman dengan iklim panas-kering nya Bali yang kayak nggak ada humidity nya itu. Apalagi baju outing gue nggak nggak nyerep keringet ditambah terakhir kali gue mandi itu jam 01.00 dini hari. Ya salam bayangkan sudah betapa lepeknya siang itu -_-

Lanjut..
Tempat yang temen-temen gue tunggu-tunggu.
Makan malam di Melati Resto, Jimbaran.

Ekspektasinya sih, ngeliat sunset. Tapi mendadak mendung waktu matahari udah mau turun. Yang ada cuma warna lembayung yang tahu-tahu gelap.


Nggak ada lagi yang ge lakuin selain nyempil sana-sini buat ikutan foto grup.


Disinilah tepatny semua rombongan kantor kumpul jadi satu setelah seharian perginya per batch. Jimbaran almost full with this Tosca wave. Selesai seafood dinner yang nggak 100% gue nikmati karena alergi gue rada-rada kumat.

Perjalanan hari itu di tutup dengan menonton pertunjukan Tari Kecak, di tepian Pantai Jimbaran sebelum kembali ke Hotel masing-masing untuk MANDI!


What if?
What if I can get the chance to come back again with the same itinerary without being rushed by the schedule, what is the ideal trip of Pini's version? 

Uluwatu.
Papah pernah cerita, dulu beliau ke Uluwatu sendirian, naik motor. Dia menghabiskan waktu disana hampir 5 jam dari siang sampai menjelang petang. Dia jelajahi setapak Uluwatu Temple dari ujung sampai ujung lagi, bahkan sampai tidur siang disalah satu pendopo yang ada. Papah bilang, Uluwatu waktu senja itu menakjubkan. Kalau gue dapet kesempatan untuk kesana lagi sendirian, hal yang akan gue lakukan nggak akan jauh beda dari yang papah lakukan. Berlama-lama berdiam disana, nikmatin ombak yang menderu di bawah sana, sampai bosan.

Pantai Pandawa.
Kalau bisa ini di coret aja, tapi kalau emang harus kesana dan disana bebas mau ngapain aja, gue mau jalan kaki dari gerbang masuk sampai ke pantai nya. Gila? Iya emang, gue tahu itu panas banget, tapi kayak yang gue bilang tadi, akses ke Pantai Pandawa itu eye catching banget. Gue nggak mau melewati itu semua hanya dengan naik mobil atau bus.
Kedua, gue pengen paragliding. Demi apapun gue sama Citra kemaren udah hampir nyari pos nya tapi karena itu ada jauh di atas bukit dan gue nggak punya banyak kesenggangan waktu untuk dihabiskan, jadi gue pupuskan niat itu *hiks. Bayangin aja dong, gue cuma makan indomie + es jeruk, lalu sholat ashar tiba-tiba udah di panggilling pake toa suruh balik ke bus? -_-

Jimbaran.
Gue nggak akan makan seafood ini.
Gue nggak alergi seafood sebetulnya, cuma udang aja. Tapi dari segi rasa, nggak nendang pisan. Mending gue makan nasi goreng tek-tek -_-. Disini ofc yang akan gue lakuin tentu aja, nikmatin sunset. Nggak pake acara hebring cekrak-cekrek sana ini. Cukup duduk, liatin ombak, sambil makan kacang rebus, ngitung detik demi detik langit yang berubah dari biru, menuju oranye, menuju ungu hingga akhirnya hitam sepenuhnya.

Apa yang impressive dari perkenalan gue dengan Bali?
Tentu aja, alam nya. Nggak bohong orang dari seluruh penjuru dunia mengejar Bali untuk menangkap keindahannya. Tapi, Bali sudah menjadi destinasi yang sangat mainstream. Mungkin sebetulnya masih banyak Hidden Gems yang perlu di explore yang tentu aja nggak bisa dilakukan jika pergi dengan rombongan kayak ini. Tapi selain itu, ada satu hal yang membuat gue takjub banget, gimana orang Bali konsisten memegang nilai-nilai budaya dan leluhur mereka. Nggak peduli serangan bule-bule yang tumpah ruah di setiap sudut jalanan, mereka tetap menjunjung budaya mereka. Yang bikin gue salut adalah adanya pura di masing-masing rumah. This is Indonesia, but I can feel something strange but warm in this places. 


After dinner, kita balik ke Hotel. Rombongan gue bakal nginep 2 malem di Harris Hotel Galeria, Kuta. Forever roommate gue dari jaman kantor jalan ke Jogja, bahkan sampai gue ke Bali pun tetep sama, Mila Acdeani. Seperti bisa, ritual kecangakan belum kami lakukan seharian ini. Beres mandi, gue dan Mila yang udah gulungan selimut akhirnya nyeret langkah ke indomaret seberang hotel. Gue butuh kopi anget dan gue nggak mau masak kopi di kamar karena aer nya asin benee. Gue, Mila, Citra dan Cellia borong jajanan angin buat ngisi kulkas dan berangkas kita di kamar, onigiri dan minuman kaleng. Malam itu gue habiskan dengan Mukbang McD sambil nonton NatGeo dengan trio qudha-quh.


 Gue tutup dul trip Bali hari 1 dan lanjut ke posting selanjutnya.

You Might Also Like

0 komentar

Comment