1/3 ST

January 28, 2018

Judul alternatifnya "Terjebak di Penelitian Dosen"

Postingan sebelumnya (disini) menandakan asal-mula penderitaan tak berkesudahan. Asal mula dimulainya kontrak gue bersama duo kakak-kakak caur yang nggak bisa akur kalau gue nggak ada diantara mereka; Ka Anna Aqmaliah yang seterusnya akan gue sebut sebagai Ka Ann dan Ka Zulfikar Adi Bhaskara yang seterusnya akan gue panggil Kokom.

Gue bingung mulai darimana saking lawas nya.
Intinya, Sabtu, 27 Januari 2018 lalu, AKHIRNYA..... gue SIDANG.
SIDANG TA-1 alias sidang penelitian.

Kenapa "akhirnya"?
Karena temen-temen gue yang mulai penelitian bareng gue nanya mulu "Perasaan kita mulai penelitian bareng tapi  kok elu kagak sidang-sidang?" *denger itu tiap ketemu, bikin kuingin berkata kasar -_-  Sampai titik darah penghabisan pun, belum ada hilal gue bakalan sidang. Setahun bray setahun! Dari awal semester 6 dan baru beres diakhir semester 7, padahal ini kredit matkul semester 6. Tervaik emang pini.

Prolog nya gini;
Gue dapet penelitian hibah dari dosen seperti yang sudah pernah gue ceritakan sebelumnya. Penelitian ini dibidang ilmu teknologi nano, dimana ini bidang agak-agak ngeyeleneh dikit dari kebanyakan kasus yang diangkat oleh para teknik kimia (di kampus gue), soalnya gue nggak bicara soal distilasi, ekstraksi, dll.
Kalau di lihat dari banyak aspek, kelompok gue ini sudah diberikan banyak rahmat. Ka Ann dan Kokom bukan orang baru dalam hidup gue, semales-malesnya gue, seblangsak-blangsaknya gue, mereka tahu dan terbiasa, mereka nggak akan judging kemalesan gue karena mereka punya kadar kemalesan yang sama *mueheheh~. Gue dan Ka Ann orang balik layar, keahlian gue bikin konten pustaka sampai kang terlalu mendetail jadi BAB II yang gue bikin itu terlalu banyak, Ka Ann jago layouting, nyusunin ini-itu, kerapihin ini-itu, bikin daftar ini-itu, editing termasuk ngeditin typo gue (yang mana gue paling males dibagian ini) dan Kokom orang lini depan yang bakalan maju paling pertama kalau ada apa-apa. Ditambah pembimbing gue adalah Ketua Jurusan, nikmat mana lagi yang kau dustakan, Pini?


Sayang seribu sayang, katakan ini sebagai excuses atau pembenaran diri, kita bertiga itu part-timer mahasiswa. KIta adalah kaum minimalis dimana waktu dan pikiran ini banyak keterbatasan. Kita kampus sore-malem, nggak bisa ngerjain penelitian kalau weekday, makanya kita cuma bisa ngerjain penelitian pas weekend di kampus. Walau udah relain nggak punya libur selama satu semester kemarin, tetep aja efisiensi waktu kita gak kena. Belum pertama penelitian kita segala trial ini-itu, belum lagi kepotong Ramadhan tahun lalu. Belum lagi kendala di di proses kalsinasi karena ketersediaan alat yang tidak mencukupi. Bayangkan aja untuk kalsinasi 5 variabel suhu aja kita butuh waktu SATU BULAN sendiri -_- lalu UTS.. lalu UAS.. dan pada akhirnya selamat datang di Semester 7, semester dimana fokus kita terenggut ke Kerja Praktik. Oke, sesi pembenaran selesai.

Faktanya, 
Kita udah beres sintesa dari lama sebetulnya.

Complicated?
SANGAD.
Nggak bakalan gue ceritain satu-persatu saking jelimetnya.
Belum lagi perkara dosen pembimbing gue itu ada tiga, yang artinya kelompok gue punya multi-masinis, yang satu pengen lari ke kanan yang satu pengen lari ke kiri. Gue yang cuma penumpang makin bingung.

KIta kudu gantian bolak-balik cuti kantor atau tuker shift demi ngaterin sampel ke balai pengujian. Segala kita nggak berhasil menemukan dispersan yang cocok buat sampel kita yang bikin kita di tolak beberapa balai karena sampelnya nggak bisa diuji. Bahkan dosen gue sampai bingung cuma karena dispersan doang. Belum lagi gue harus ngendep-ngendep masuk kantor pas weekend cuma demi numpang baca FTIR sama PSD -_-

Sampailah kita pada H-3 sidang..
H-3 sidang, gue berhasil dapet bocoran penguji dan.. 
JENGJENG!!! 
The NIGHTMARE for all students in our college comes to me!
The most killer teacher in our college will be our examiner!!
(Yang entah kenapa gue selau berjodoh sama beliau, gue nggak paham sama rumusan takdir sama sekali WHY OH WHY -_-)

Gue cerita ke temen-temen gue di kantor soal nasib gue ini sambil minta doa restu.
Lalu, Bunda Mega Adelia bersabda; "Elu minggu lalu di caki-maki manager aja elu baik-baik aja, dek? Manager loh dek, manager!! Lah ini cuma dosen, dia yang ngajarin elu dan elu muridnya. Ini cuma proses belajar, bukan ngomongin masalah tanggung jawab. Udah maju aja,"

Seketika gue terharu sambil makan tahu :')

Bahkan sampai H-1 sidang masih terjadi kerumitan antara Ka Ann dan Kokom soal sususan laporan. Emang kezel max, gondog max, gue dan ka ann yang dari sebelum subuh koar-koar di grup gara-gara laporan lah ini orang masih aeee~~  tapi kalau diinget-inget malah jadi lucu.

Sampailah kita pada hari mendebarkan itu..
Hari dimana kita akan di eksekusi.

Jam 11.00 giliran Ka Ann
Jam 13.00 giliran gue
Jam 14.00 giliran Kokom

Hasilnya?

KACAU + SUCCESS!

Nggak deg-degan sama sekali, cuma gerah karena pake jas almamater dari pagi ditempat nunggu tak ber-AC, di depan WC pulak. Deg-degan paling parah itu terjadi bukan saat gue ada di ruang sidang, lebih parah waktu gue ngadep dosen pembimbing mau bimbingan.

Tapi kenapa pakai kacau?
Karena ada satu hal yang membuat penguji gue dongkol bukan kepalang. 
Meskipun gitu, gue dan Ka Ann merasa sangat B dengan fenomena itu, nggak terkejut sama-sekali. Disempot beliau menjadi hal yang biasa aja karena yang beliau masalahkan adalah apa yang sebelumnya memang kita permasalahkan. SUDAH SANGAT kami duga sebelumnya. Nggak ada alasan lagi buat gue dan Ka Ann merasa nggak terima dan sedih karena penguji gue ngomong gitu. 

Yang lebih lucu, meski udah tahu bakalan di kulitin, kita nggak punya langkah antisipasi. Bukan nggak mau nyari, tapi karena memang sudah tidak ada.

Kesampingkan masalah variabel yang sejak awal memang sudah salah. Kalau itu ya, gue accepting emang itu salah. Yang selanjutnya terjadi adalah soal perbedaan presepsi dan konsepsi, antara dosen gue dan dosen penguji. Kalau ini udah masuk ke ranah para petinggi. Gue udah lambaikan tangan, diluar kuasa gue.

Disitu gue sadar satu hal.
Saat kita lihat seseorang genius di satu bidang, belum tentu dia akan menjadi genius yang sama di bidang yang berbeda. Makanya, nggak ada benar nya untuk merasa diri paling tahu. *eh malah curhat (?)  

Kesimpulan sidang TA-1 gue?
Gagal? Jelas enggak, hipotesa gue terbukti, logis.
Berhasil? Ya, tentu. Tapi pakai acara debat kusir.

Jadi, pelajaran dalam hidup selanjutnya yang akan menjadi prinsip gue dalam menghadapi hal serupa adalah; Maju aja. Maju sekarang atau nanti bakalan sama saja, sama-sama habis. Terus menunda nggak berarti akan selamat, yang ada hanya menunda waktu 'kematian'.

Toh semua orang akan mengalami itu..
Toh pada akhirnya, gue akan tetap hidup setelah keluar dari ruang sidang :)
Toh pada akhirnya, gue tetap bisa tersenyum :)


Gambar (a) 1/3 ST yang minggu depannya mau eksekusi lain (audit). Mengapa hidup harus kayak roller coaster?. Gambar (b) Duo kakak saranghaeyo gumawoyo mianhaeyo, makasih udah rela gue balain hidupnya setahun belakang. aku sayang kalian. Gambar (c) Kakak kelas sewindu dari jaman SMAK. Jangan sampai jadi kakak 10 tahun keleus~

Setelah itu..
Gue, Ka Ann dan Kokom, merayaan keberhasilan kita dengan makan steak sepuasnya dengan wajah blank saking collapses nya :) 

Selamat datang revisian..
Selamat datang sidang KP..
Selamat datang semster akhir..

You Might Also Like

0 komentar

Comment