Pengalaman Membuat South Korea Visa

September 27, 2019

Pengalaman pertama gue apply visa ke luar negeri. Yey!
Tragisnya, udah pertama kali, gue melakukannya SENDIRI. Sekali lagi yeorobun, S-E-N-D-I-R-I *jomblo banget gaksi? Wkwkwk.. Maksudnya, tanpa bantuan travel agent ataupun jasa pembuatan visa.

Insyaallah gue berangkat tanggal 1 November 2019 bersama papap dan mamak uwe *ulalaaa~
Pertengahan Juli kemarin, gue chat trip organizer tentang pengurusan visa dan mereka bilang pengurusan visa akan dimulai bulan depan, yang berarti Agustus. Salahnya, sampai akhir Agustus gue sama sekali nggak cek email (soale memori handphone ogut yang super jadul itu penuh jadi email ga bisa masuk otomatis). Lalu di akhir Agustus, tepat di tanggal 30, waktu itu malem Senin, gue cek email dan ternyata Trip Orainzer udah email tentang syarat pengajuan visa dari tanggal 21 Agustus. Mereka siap bantu urus dengan syarat deadline pengumpulan berkas adalah tanggal 2 September.

KAGET DONG GUE~~ T_T
Nggak mungkin gue bisa ngurus ini-itu dalam waktu dua hari. Belum lagi semua berkas gue ada di Bogor dan gue stay di Jakarta. Belum lagi kudu ke bank yang gue yakin ga bisa sekali dateng langsung beres. Belum lagi banyak isu yang bilang kalau applied visa Korea Selatan itu super ribet dan bikin deg-degan parah karena banyak yang nggak di approved. Tapi mau gimana lagi? Dengan modal Bismillah, gue tekadkan untuk ngurus sendiri.


Kalau googling, sudah banyak blog yang membagi pengalaman yang sama, tapi disini gue mau cerita kondisi gue pribadi di minggu-minggu hectic ngurus visa, siapa tahu ada yang punya keadaan yang sama persis seperti gue saat mau mengajukan visa SK.

Berkas-berkas yang harus dikumpulin adalah, sbb :

Formulir Aplikasi Visa
Download di website visa.go.kr . Ada 5 halaman, print sendiri. Gue saranin print banyak sekalian karena gue yakin nggak akan sekali ngisi langsung bener semua. Gue juga berkali-kali bolak-balik gonta-ganti form, apalagi di halaman 4 nya.

Pas Foto 3.5 x 4.5 cm Berlatar Putih 
Foto ini ditempel di formulir aplikasi. Foto gue diambil pake hape Vivo Maulida dengan resolusi kamera yang bisa membuat diriku terlihat cantiks dan tydack buluk, dibawah penerangan lampu laboratorium yang terang membahana, lalu cetak di fotocopy-an deket rumah. 

Paspor Asli (masih berlaku minimal 6 bulan) dan Fotocopy
Paspor asli nanti ditahan saat pengajuan jadi nggak bisa ke luar negeri kemana-mana dulu kalau lagi proses visa SK. Fotocopy nya di halaman identitas depan, halaman penambahan nama, halaman paling belakang dan halaman yang berisi visa dan cap negara-negara yang pernah dikunjungi. Gue fotocopy setiap lembarnya diperbesar ukuran A4 (kayak pas bikin paspor). Gue sampe 3x ganti tukang fotocopy-an karena abang-abang fotocopy deket rumah ga ada yang pro buat perbesar fotocopy -_-

Fotocopy KTP, diperbesar A4

Fotocopy Akta Lahir / Akta Nikah
Gue cuma lampirin akta lahir. Papah mamah lampirin keduanya. 

Fotocopy Kartu Keluarga

Surat Keterangan Kerja
Kalau bisa suratnya ada kop perusahaan dan detail kontak perusahaannya. Maksudnya biar tempat kerjanya itu terlihat seperti tempat kerja betulan (?) Bukan PT abal-abal gitu. Di stempel perusahaan juga.

Slip Gaji 3 Bulan Terakhir
Gue ngajuin visa pertengahan bulan September 2019, jadi slip gaji yang di lampirin (fotocopy) itu Bulan Juni, Juli dan Agustus 2019. Gue juga tambahin Bulan Mei 2019 buat jaga-jaga. Untungnya gue nggak pernah ngebuang slip gaji jadi nggak ribet lagi minta ke payroll. Udah gitu pake acara drama dulu karena slip gaji Bulan Juni ilang -_-. Untungnya ketemu di loker kantor dengan kondisi lecek ketiban jas lab bersih, jadi pas di fc nggak jelas gitu nominal nya.

Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
Ini juga sama Bulan Juni, Juli, Agustus 2019.

Surat Referensi Bank
Yang menyatakan kalau kita adalah benar nasabah bank tersebut dan menyatakan rekening kita aktif. Waktu itu di surat gue nggak ditulis saldo akhirnya soalnya udah terlampir di rekening korannya juga kan.

SPT PPH-21

-

Itu adalah 11 dokumen yang WAJIB dilampirkan. Kata orang sih, applied visa Korea Selatan itu ZUPER RIBET dibanding negara lain karena yaaa itu segala macem surat kudu dilampirin. Dari surat keterangan kerja/SIUP, surat pelaporan pajak bahkan akta lahir aja hukumnya wajib. Nah, dari 11 poin itu, ada empat point yang kalau gue baca-baca komenan di blog orang banyak banget yang nanyain, kebetulan kondisi dokumen-dokumen tersebut juga nggak aman di gue, yaitu; Surat Keterangan Kerja, Rekening Koran, Surat Referensi Bank dan SPT PPH-21. Bukan nggak aman sebetulnya,  ribet ngurusin nya karena melibatkan pihak ketiga.

Surat Keterangan Kerja
Gue udah suudzon duluan karena gue pikir HR kantor bakal ribet dan lama dimintain ginian. Ternyata... HR gue baeeeek bangeeet *sungkem mbak~ Hari Selasa gue telfon minta dibikinin, Rabu gue kirim formatnya dan Kamis udah jadi. Dabes emang HRD gue.

Rekening Koran 3 bulan terakhir
Jujur aja, sebagai sobat missqueen yang punya pendapatan mepet UMR dan harus nabung mati-matian untuk bisa liburan layak, hal ini yang paling bikin gue panik sepanik paniknya. Bisa dikatakan dari awal tahun ini setiap hari kekhawatiran yang nempel di kepala cuma "saldo cukup ga ya saldo cukup ga ya.."

Memang tidak ada ketentuan soal berapa minimal tabungan untuk melakukan perjalanan ke SK. Tapi justru karena nggak ada ketentuan itu bikin gue makin was-was karena kita nggak tahu berapa angka yang dubes katakan layak untuk berkunjung kesana. Di vlog yang pernah gue tonton, dia bilang visa temannya pernah di approved hanya dengan saldo 3jtan. Beberapa blog mengatakan yang aman itu 1jt x berapa hari disana. Ada juga yang bilang 1,5jt x berapa hari disana. Ada juga yang bilang minimal dua belas juta. Pokoknya beda-beda dan bikin gue bingung. Mana dibulan itu gue pake bayaran kuliah jadi saldo langsung menipis drastis gitu.

Surat Rekomendasi Bank
Sebenernya ini simpel tapi jadi ribet banget di gue.
Gue kan rakjat nih, jadi gue pakai Bank Rakjaaaat Endonesya– BRI maksudnya.
Waktu itu, gue bela-belain shift dua demi ngurusin ginian. BRI yang pertama gue datengin itu KCP Penggilingan. Disana gue nggak berhasil dapet apa-apa. Rekening koran nggak bisa dicetak karena server down dan surat rekomendasi juga nggak bisa dikeluarkan oleh mereka karena kata CS nya surat rekomendasi HANYA BISA DIKELUARKAN OLEH CABANG BANK TEMPAT KITA MEMBUKA REKENING.

Ribet?
Iya. Soalnya gue stay di Jakarta, kerja Senin-Jumat di Jakarta dan dulu gue buka rekening pas masih SMA di Bogor. Posisi persis bank nya aja gue udah nggak inget dimana. Lalu kapan gue bisa ngurus nya? -_-

Gue masih usaha hari itu. Di hari yang sama gue langsung cabut ke BRI KC Rawamangun yang lebih gede. Asumsi gue, Kantor Cabang bakalan usahain dengan menganut asas fleksibilitas nasabah. Sialnya, jawabannya sama. Nggak bisa mengeluarkan Surat Referensi Bank dari Kantor Cabang sekalipun, pokoknya harus-kudu-wajid-fardu di tempat buka rekening. Udah gitu nggak bisa cetak rekening koran juga karena server nya juga lagi down. Gue disuruh tinggalin nomer handphone katanya nanti di SMS kalau sudah di print-in tapi sampai hari ini gue nggak pernah dapet SMS itu.

Mau nggak mau gue ke BRI Pajajaran Bogor tempat gue buka rekening dulu -_- Sebelum kesana, gue udah print surat permohonan referensi bank, bikin sendiri, di tanda-tangan dan bawa materai juga maksdunya nggak ada lagi tuh bolak-balik. Di BRI Pajajaran, rekening koran berhasil dicetak lancar jaya tanpa ada alesan server down, tapi untuk Surat Referensi Bank butuh waktu 1-3 hari kerja untuk jadi karena pakai tanda tangan pejabat bank, yang intinya, gue kudu balik lagi buat ngambil pas udah jadi -_- Tidak ada itu yang namanya sekali jalan langsung beres.

Untungnya Mbak CS nya supeeeeeer baeq dan minta maaf berkali-kali karena prosedur yang rebek itu, jadi nggak jadi kesel. Terbaiknya, besok harinya, mbak CS itu nelfon dan info kalau surat gue udah jadi dan bisa diambil. Nggak nyangka juga secepet itu dan nggak pake di PHP nungguin SMS. Besok harinya gue ambil dan AKHIRNYA URUSAN GUE DENGAN BANK– SELESAI. Oh iya, buat Bank BRI, cetak rekening koran kena biaya Rp 5000,- per lembar. Jumlah lembar ini tergantung berapa banyak transaksi yang dilakukan. Gue cetak 3 bulan, 1 bulannya cuma 1 lembar, total jadi 3 lembar, gue bayar Rp 15.000,- dan surat Referensi Bank kena biaya Rp 150.000,- dibayarnya pas ngambil.

SPT PPH-21
Kalau SPT PPH-21 sebetulnya aman banget karena gue selalu nyimpen SPT dari jaman gue baru kerja sampe sekarang. Tapi yang jadi masalah, papah dan mamah gue nggak punya SPT. Papah gue PNS, jadi nggak ada SPT PPH-21 dan mamah gue guru SD swasta dia juga nggak ada SPT. Gue sempet googling masalah SPT ini dan salah satu travel-blog yang sering gue kunjungin blog-nya ngasih alternatif dengan melampirkan NPWP. Yaudin, gue lampirkan dah tuh NPWP emak bapak ogut, difotocopy perbesar A4 juga. Sekalian punya gue juga dilampirin biar makin lengkap dokumen gue.

Pas baru sampe di konter KVAC nya, gue langsung curhat sama mbak konter nya kalau papap ogut nggak bisa lampirin SPT PPH-21 karena beliau PNS dan mamak nggak bisa lampirin juga. Mbaknya bilang kalau PNS itu ada SPT-PPH berapa gitu gue lupa, pokoknya bentukannya persis kayak SPT PPH-21 punya gue beda di judul doang. Terus mbak nya nanya "Tapi Ada dokumen penggantinya gak?" gue jawab, "NPWP sama print-an e-filling pelaporan pajak". Terus mbak nya bilang dia cek dulu kelengkapan dokumen mamah dan dokumen gue. Setelah mbaknya cek semua, mbaknya bilang SPT papah ga usah di lampirin nggak apa-apa karena punya gue udah lengkap. Kata dia karena gue applied buat sekeluarga, bisa salah satu anggota keluarganya aja yang punya. Begicuu..

Gue juga nggak sengaja nguping konter sebelah. Bu-ibuk disamping gue mau pergi Bulan Oktober sama suaminya, tapi ibu itu sama suaminya sama-sama nggak punya SPT. Mbak konter sebelah bilang rekening koran itu wajib dan satu lagi boleh bukti keuangan apapun yang penting ada DUA DOKUMEN KEUANGAN yang dilampirkan. Nah buat yang nggak punya SPT mungkin bisa lampirin NPWP kayak gue atau mungkin bisa lampirin tagihan kartu kredit dan semacamnya.

Tenang.. selalu ada jalan menuju Roma..
Eh, maksudnya Koriya.

-

Ngurusin gituan, bolak-balik ke fotocopyan, bolak-balik ke bank ternyata butuh waktu seminggu sendiri. Belum lagi visa bakal jadi minimal 5 hari kerja (bisa lebih) dari tanggal pengajuan. Waktu itu gue ngajuin Hari Jum'at jadi kena Sabtu-Minggu dua kali yang itu tidak dihitung sebagai hari kerja. Selama dua-tiga minggu itu hidup gue terombang-ambing. Nasib gue digantungkan oleh Kedubes Koriya.

Timeline gue secara garis besar seperti ini:
10.07.19
Gue chat admin Trip Organizer soal pengurusan visa dan dia bilang email akan di kirim perbulan ini

21.07.19
Email dikirim

30.08.19
Gue baru sadar ada email itu

02.09.19
DEADLINE pengumpulan dokumen pengajuan VISA di Trip Organizer

03.09.19
Ke Bank buat ngurus Rekening Koran + Surat Referensi dan gagal

04.09.19 
Tambahan waktu pengumpulan dokumen pengajuan VISA di Trip Organizer

08.09.19
Cetak foto, dan fotokopi segala macem

09.09.19 
Ke Bank untuk kedua kalinya

11.09.19
Ke Bank untuk ketiga kalinya, ngambil surat referensi.

13.09.19 
HARI PENGAJUAN VISA

14.09.19 - 22.09.19 
Hari tergalau sepanjang September

23.09.19 
Visa Approved

25.09.19
Ambil Visa

Dari timeline diatas, maka total hari dari pengajuan visa sampai approved itu 10 Hari.
Total hari dari pertama kali mulai ngurus dokumen sampai visa di tangan adalah 21 HARI. 
Lama ugha ye? Iye gue yang lama. Tapi tergantung dari orangnya. Karena ogut merupakan full-timer buruh jadi tidak punya banyak waktu lowong jadi dokumen dilengkapi dengan dicocol-cocol, eh maksudnya dicicicl-cicil jadinya lama.

Belum lagi, H-1 sebelum gue ke KVAC, gue di kasih tahu temen kalau Visa Stamp untuk pengajuan tanggal 1 - 31 Oktober 2019 bakalan GRATIS!!! G-R-A-T-I-S. Gimana nggak galau hati ini? Lumayan bok, 3 Visa x Rp 574.000,- jadi Rp 2.500.000an. Kalau gratis kan ogut bisa naik kasta dari liburan irit menjadi liburan mevvah. Tapi mamah nggak berani ambil resiko ngajuin mepet-mepet karena santer isu 'banyak yang nggak di approved' itu. KENAPA DI GRATISIN NYA BULAN OKTOBER SIH WHY WAEYO HEOL? -_-

KORIYA I'M COMING~~
EHEHEHEE....

TIPS!
Fakta menyatakan; passpor kosong, tabungan mepet dan ngajuin visa tanpa travel agent nggak menentukan lolos atau enggak nya application visa kita. Semua itu terbukti di gue.. Intinya sih;

  • Sering-seringlah membaca. Baca blog orang tentunya supaya tahu dimana kritikal point nya, biar bisa mengeliminasi variabel yang mungkin bikin visa kita ditolak.
  • Pastiin dokumen fill in nya tepat dan sesuai. Jangan sampai ada salah atau ada yang nggak sesuai. Mending lama tapi teliti daripada buru-buru tahunya ada yang nggak bener ngisinya. 
  • Sebaiknya ngurus visa harus dari jauh-jauh hari. Minimal sebulan lah biar aman dan biar tenang juga.
  • Sibukin diri dengan hal lain selama proses pengajuan visa itu. Kayak gue, di minggu-minggu setelah gue serahin dokumen ke KVAC, gue bener-bener disibukan dengan Validasi Proses di kantor yang bikin fokus gue teralihkan. Tahu-tahu.. udah waktunya ngecek aja.
  • Positif thingking aja kalau niat kita memang baik.


Semoga bermanfaat :)

You Might Also Like

0 komentar

Comment