Why I Love Being Single

April 27, 2019

Saat ini gue berada di umur dimana tiga perempat dari populasi manusia seumur gue, sudah menemukan pasangan hidup mereka. Dibilang mendadak panik liat temen sepermainan udah one step further sebetulnya engga juga, gue percaya masing-masing orang punya finish nya masing-masing. That is not somewhat competition. Ada juga orang yang mempertanyakan alasan gue mempertahankan predikat jomblo merdeka ini selama hampir 6 tahun. Banyak yang mengira gue punya high standar of man, ada juga nggak mengira gue belum move on. Apapun yang mereka asumsikan, gue nggak pernah merasa miserable dengan kejombloan ini jadi nggak masalah.

Banyak orang yang menganggap kesendirian merupakan ketidaksempurnaan karena sejatinya manusia ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan. Ini semua pasti karena lagu-lagu galau yang sering bikin jargon 'kehadiranmu membuatku utuh' jadi kesannya kalau nggak punya pasangan jadi nggak utuh gitu -_- Gue sendiri nggak merasa begitu. Setiap orang punya cara yang berbeda dalam mem-value 'kebahagiaan' versi mereka. Kalau gue pribadi sederhana aja, gue nggak mencari kesempurnaan dengan bersama orang lain karena bersama diri sendiri aja gue sudah merasa cukup.

So far gue doing fine dengan menjadi jomblo. Karena menjadi high quality jomblo itu pilihan. Halah.

Alasan pertama obviously karena agama gue tidak mengajarkan untuk pacaran. Bukan sok alim karena gue juga dulu pacaran dan ada kemungkinan dimasa depan gue bisa jadi akan melakukan itu tapi kayaknya kalau gue pacaran, sebagian hati gue bakal begejolak karena sadar itu bukan sesuatu yang benar gitu. Walaupun gue juga bukan orang yang saklek dengan ta'aruf tapi gue merasa menghabiskan waktu dengan orang yang salah adalah kegiatan yang sangat wasting energy. Meski kerjaan gue nontonin drama tapi gue paling anti hidup penuh drama. Pernah, gue sempet deket sama orang, belum apa-apa aja hidup udah macem drama makjang and.. I hate it so much. It's not like we are in eighteen or somewhat gitu. Wasting energy bentuk lainnya adalah ketika gue perlu ngabarin ini-itu, cerita ini-itu, kalau lama nggak bales chat kudu jabarin alasannya. Hal-hal seperti itu yang dilakukan karena terpaksa, bukan karena willingness tentu aja di satu titik bisa jadi beban. Hidup ini sudah rumit mengapa qu harus menjadi lebih ribet lagi? Bukan perhatiannya yang membuat gue terganggu, tapi karena waktu gue untuk having fun alone (me time) yang akan keganggu.

Banyak yang bilang gue nggak peka.
Sebenernya, gue ini orang yang sangat peka loh. Istilah yang tepat untuk gue sebetulnya bukan nggak peka, tapi 'ignorance'– sangat ignorance. Bukan gue nggak paham kode-kode dimasa-masa PDKT, tapi gue sering play a fool karena gue males dengan respon-respon cringe yang akan terjadi setelahnya. Ignorance disini juga berlanjut lebih jauh kalau udah jadi pasangan, dimana pasangan gue itu harus sering berada di posisi 'kasian' karena kudu ikhlas dikesampingkan ketika gue terlalu asik dengan dunia gue.

Selain itu ada banyak pertimbangan lain. Dua yang paling mendasar adalah karena gue sedang menikmati waktu untuk sendiri sembari mencoba untuk memantaskan diri. Apalagi sebagai pekerja dan mahasiswa, waktu dan tenaga gue sudah banyak dikuras habis di dua tempat itu. Seperti yang kita tahu, pacaran or ya having relationship with someone itu sangat menguras waktu, energi dan yang paling penting– menguras emosi. Bisa dibilang, belum prioritas karena masih terjebak rutinitas. 

And let's be honest,
Gue adalah orang yang sangat self oriented. Eh tunggu, self-oriented doesn't mean selfishness yaa.. I just don't have any interest in somewhat people's affection. Gue lebih suka mencari cara untuk membahagiakan diri gue sendiri tanpa perlu menggantungkan kebahagiaan ke orang lain. Mungkin ini dipengaruhi dari pola didik papah mamah yang sejak kecil yang sering bilang happiness not depends on the person you are along with. Semua bergantung dari diri sendiri.

Misal nih, lo lagi asik baca artikel di The Guardian, atau lagi jalan sama keluarga atau sama temen, lagi diskusi asik, ngobrol seru, terus tiba-tiba ada chat distraksi dari si pacar, bete ga? Maksudnya yaa.. go on, man.. Ngeblog sambil dengerin heart wrecking instrumental aja gue udah bahagia setengah mati. Lalu, kenapa perlu pacar?

Jadi untuk yang selama ini mungkin bertanya-tanya mengapa ku tetap jomblo?
Pacaran itu bukan gaya hidup yang cocok buat gue.

You Might Also Like

0 komentar

Comment