Monas Night
September 09, 2017
Karena yang mendadak itu biasanya kesampean.
Pada dasarnya, kemaren tanggal 15 itu gue mau nonton Teater Koma di Gedung Kesenian Jakarta sama bapake. Tapi sorenya, pas gue udah cetak tiket segala macem, bapake wasap kalau beliau nggak bisa join karena ada kerjaan kantor mendadak. Terpaksa gue mantapkan diri gue untuk cus kesana sendiri meski pada akhirnya ada juga orang yang mau ngintilin gue.. Mila.
Berhubung teater mulai mayan malem dan gue balik kerja jam empat sore, tercetuslah ide untuk melancarkan mimpi gue dan Mila yang belum pernah tercapai; pergi ke Monas Night.
Gue mau cerita sekaligus berbagi informasi untuk yang berminat kesana.
Hal paling tolol yang sering banget terjadi pada gue adalah, ketika para riders naik Transjakarta. Ini bukan masalah gue nggak tahu jalan ya.. Gue tahu. Gue tahu percis Monas itu posisinya dimana, kesana lewat mana, masuknya darimana, gue tahu. Tapi semua itu menjadi percuma ketika gue nggak tahu harus turun TJ di shelter apa -_- Gue dan Mila menyesali keputusan untuk ninggalin motor dan cabut naik transjakarta disaat gue tahu underpass Senen itu macet parah.
Sampai saat ini gue belum menemukan rute terefisien untuk masuk Monas kalau naik kendaraan umum. Kemaren gue naik Transjakarta dari shelter Bea-Cukai Ahmad Yani. Rutenya adalah : naik Transjakarta ke arah Tj Priok, transit di Cempaka Mas, pindah Bus yang ke arah Harmoni atau Kalideres. Gue tahu itu tanpa searching. Masalahnya, gue nggak tahu halte paling deket gerbang masuk Monas itu halte apa? Akhirya, gue turun di halte Gambir dan.. hela damn gurls.. gue kudu nyebrangin stasiun Gambir ke Balaikota.
Beberapa hari setelah gue ke Monas itu, temen gue ada yang wasap, nanya rute ke Monas kalau dari Bogor. Jujur aja gue bingung karena kalau dari Bogor otomatis kudu turun di St Juanda (dimana dia itu posisinya di Timur Laut Monas sedangkan pintu masuk Monas di Selatan).
Ini bukan kali pertama gue ke Monas sodara-sodara. Udah nggak keitung berapa kali gue kesana tapi tetep aja gue masih nggak terbiasa dengan perjuangan yang harus ditempuh setiap gue mau masuk ke sana. For your information, Monas itu gerbang utamanya di sebrang Balai Kota sama dengan naik kendaraan pribadi pakirnya harus di IRTI (posisinya di Selatan Monas). Dan hela things nya adalah, untuk masuk ke Monumennya kita kudu lewat pintu di sebrang Istana Merdeka (posisinya di Utara) yang artinya kita harus jalan setengah puteran Monas. Abis itu harus nyebrang terowongan bawah tanah, terus diajak muterin monumennya dulu sekali, baru deh kita bisa masuk ke dalem monumennya. Ini resolusi pemerintah DKI untuk bikin warganya sehat apa gimana gue nggak paham yang jelas kudu banget siapin minum kalau mau jalan kemari. (Gue nggak lagi bicara soal kereta yang antar-jemput pengunjung dari Lenggang Jakarta ke pintu masuk yaa). Gue prefer jalan kaki. Gue nggak selemah itu, gue hanya ingin sedikit medramatisasi aja..
Beberapa hari setelah gue ke Monas itu, temen gue ada yang wasap, nanya rute ke Monas kalau dari Bogor. Jujur aja gue bingung karena kalau dari Bogor otomatis kudu turun di St Juanda (dimana dia itu posisinya di Timur Laut Monas sedangkan pintu masuk Monas di Selatan).
Ini bukan kali pertama gue ke Monas sodara-sodara. Udah nggak keitung berapa kali gue kesana tapi tetep aja gue masih nggak terbiasa dengan perjuangan yang harus ditempuh setiap gue mau masuk ke sana. For your information, Monas itu gerbang utamanya di sebrang Balai Kota sama dengan naik kendaraan pribadi pakirnya harus di IRTI (posisinya di Selatan Monas). Dan hela things nya adalah, untuk masuk ke Monumennya kita kudu lewat pintu di sebrang Istana Merdeka (posisinya di Utara) yang artinya kita harus jalan setengah puteran Monas. Abis itu harus nyebrang terowongan bawah tanah, terus diajak muterin monumennya dulu sekali, baru deh kita bisa masuk ke dalem monumennya. Ini resolusi pemerintah DKI untuk bikin warganya sehat apa gimana gue nggak paham yang jelas kudu banget siapin minum kalau mau jalan kemari. (Gue nggak lagi bicara soal kereta yang antar-jemput pengunjung dari Lenggang Jakarta ke pintu masuk yaa). Gue prefer jalan kaki. Gue nggak selemah itu, gue hanya ingin sedikit medramatisasi aja..
Monas Night buka pukul 19.00.
Gue sampe di cawan sekitar jam lima lewat jadi pintu untuk ke puncak Monas masih ditutup. Menurut pengalaman Mila, dulu dia pernah nyoba kesini juga, dia sampe di Monas jam 20.00 dan dia udah nggak kebagian kuota untuk naik alias. Saking nggak mau gagal, gue sama mila bener-bener nongkrong tepat di depan pembatas (apalah itu nama nya gue nggak tahu, yang pita merah bisa di tarik-tarik itu). Persetannya adalah, mental orang Indonesia akan budaya antre emang masih minim banget. Jam 18.00, orang-orang mulai makin mepet ke pembatas dan MALAH BIKIN BARISAN DI DALEM PEMBATAS- artinya gue diselak! Persetannya lagi adalah, petugas nggak memusingkan soal antrean di dalem batas itu. Guys, ngapain di pagerin kalau emang boleh diserobot? Mari tepuk tangan.
Cukup soal antrean gak keruan itu karena pada akhirnya, gue tetep bisa naik ke puncak Monas. and jengjeeeeeng!!!
Sampe diatas...
Gue nggak bisa ngomong apa-apa.
Keren.
Keren banget,
Parah.
Keren banget sodara-sodara.
ini kayaknya pemandangan ke arah air mancur. Gue nggak tahu kalau Mall Taman Anggrek sedeket itu. |
ini pemandangan ke arah Istana Merdeka dan Mahkaman Konstitusi. Ujung-ujung sana itu udah laut Ancol :') |
ini spot favorit Mila. Dia sendiri nggak paham kenapa liat Istiqlal dibalur warna keemasan gitu bikin dia merinding |
Basically I am such a night-view trash. Jakarta is one of the best place to watch their night beauty. They always attract people by their millions light and feel the breeze. This is most-recommended-visit place. So yea, I am so drawn with it.
So, Rather than seen this view from my bad resolution pictures, just try it! That place really worth to spent your night while watching the sunset.
More information:
Monas night ini buka dari jam 19.00 sampai pukul 22.00. Lebih baik datang sebelum jam 19.00 karena kudu antre. Gue sempet nanya ke petugas, jam 22.00 itu bukan tutup antrean, tapi saat jam 22.00 semua pengunjung di puncak Monas harus sudah turun.
Lalu, saat kapasitas maksimal pengunjung di puncak Monas sudah tercapai, maka pengunjung lain di antrean tidak bisa naik dahulu sampai ada pengujung yang turun lagi. Masalahnya adalah, nggak ada batasan waktu untuk berada di atas, intinya kita harus nunggu dalam ketidakpastian. Jadi sepertinya, kalau nggak kebagian naik kloter pertama kayak gue, bakalan apes kayak Mila dulu. Memang terbukti, saat gue turun dari puncak sekitar jam 20.00, antrean masih panjaaaaaaang.
Yang paling penting dari semua itu adalah jika ini adalah WISATA MURAH MERIAH!! Ini udah berlaku lumayan lama tapi info aja ya untuk yang belum tahu. Masuk Monas itu kudu pake duit elektroniknya Bank DKI. Gue nggak inget percis berapa harga tiket masuk Monas karena gue bayar langsung berdua sama Mila pake kartu yang saldonya masih banyak jadi ga dipikirin amat *muehehhe.. Bisa googling sendirilah yaa. Pokoknya masuk ke cawan Monas itu bayar, terus kalau mau ke puncak Monas juga bayar. Jadi intinya kalau mau ke atas bayarnya dua kali.
Ada satu lagi sebenernya yang masih gue dan Mila penasaran, air mancur joget yang Monas yang kayak di Dufan and Singapur. Gue pikir bakal bisa liat itu juga malam itu, udah ngebayangin gimana kerennya liat itu dari puncak tapi ternyata pertunjukan air mancur hanya berlangsung pada Malam Minggu. Kalau kata bapak-bapak sih rame banget kalau malam Minggu. Gue buktikan itu hari Minggu-nya dan damn.. pukul 16.00 mobil gue udah nggak bisa masuk IRTI, pake strategi parkir di Gambir pun nggak berguna karena semua orang pake strategi yang sama -_- Jadi ini belum kesampean -_-
Keadaan gue saat berada di TKP.
The most annoyed things in this world : kerudung penyok.
0 komentar
Comment