When you finally find yourself
March 24, 2017
Beberapa waktu lalu, gue sempet membackward blog gue ini dan keinget gitu pas awal-awal gue bikin blog ini tahun 2009, pas gue kelas 3 SMP. Banyak hal random yang gue ceritain disini dari hal gak penting sampe yang sedikit penting. Salah banyak yang gue inget, gue pernah nulis soal waktu, angkot di Bogor, Indonesia, dan hal lain yang lebih layak disebut ke-sok-tahuan gue soal hidup padahal gue masih anak cabe rawit bau kencur waktu itu.
Barusan nih ya, barusan banget gue sadar, kalau apa yang gue tulis dulu, tentang "kesoktahuan" itu malah lebih berfaedah daripada review an sampah dari film-film atau drama yang beberapa tahun belakangan ini lebih sering gue buat. Sayangnya, tulisan gue yang dulu itu udah gue apus-apusin dan gue nyesel.
Ada satu kesimpulan memprihatinkan yang bisa gue tarik dari diri gue saat ini : I am today is not best version of me.
Unlucky to you yang mengenal gue baru-baru ini.
Entah karena dulu gue nggak punya hobi lain selain mikirin hal-hal yang nggak penting, entah karena sekarang gue emang ga punya waktu buat mikir banyak, gue jadi begini. Dulu, jaman gue SMP, gue hobi banget baca buku, buku apapun. Mungkin karena pengaruh dari buku yang gue baca itu, gue dari kritis dan risihan gitu sama hal-hal yang menurut gue nggak sesuai sama kerja dunia yang sesungguhnya. Inget, gue ISFP, hal sepele aja bisa gue komenin.
Ketika gue SMP itu, gue temenan sama orang yang "gue" banget. Bisa diajak happy-happy, bisa susah, bisa diajak guyon gila, bisa diajak mikir bener. Gue ikut pramuka, gue ikut OSIS, gue anak gaul Bogor. Nah, semua bermula ketika gue masuk SMA. Bisa dikatakan disinilah gue mulai sick of my life gitu. Ketika gue nggak ketima di SMA negeri dan gue terdampar pada dunia yang begitu kecil dan sempit. Dunia yang nggak lebih besar dari telapak tangan lo.
Dunia yang hanya bicara soal "How to get a cool boyfriend?" daripada mikirin gimana caranya berantas kelaparan. Dunia yang hanya bicara soal "Nanti kalau gue lulus, gue kerja di PT XX, dapet gaji pokok tiap bulan, bisa makan sama beli pulsa, terus s umur gue dua puluh sekian gue nikah, punya anak, dan blabla.." bukan dunia yang bicara soal study aboard, scholarship, dsb.
Apa yang gue liat itu kayak nggak bisa diliat sama lingkungan gue. Karena kerja lingkungan gue yang kayak gitu, gue jadi menurunkan standard akan diri gue sendiri dan semakin kesini semakin terlena dengan semua itu. Terlena dalam kurung tersiksa.
I lost my self.
Jadi sekarang ini, gue lagi mikir keras nyari cara untuk keluar dari dunia gue yang kecil ini.
Cheer me up!
0 komentar
Comment