Sunday thought.
February 25, 2017
Gue nggak tahu harus bikin judul yang kayak gimana. Gue udah berniat untuk membuat tulisan ini dari awal tahun tapi apalah daya ketika gue bisa melakukannya di bulan Maret ini.
Sebenernya banyaaaaak banget hal yang terjadi selama tahun 2016 kemarin yang nggak gue ceritain satu-satu. Anggaplah ini sebagai excuses, kalau 2016 itu termasuk tahun terberat dalam hidup gue.
Berhubung blog ini udah ada dari jaman dulu dan 2016 termasuk nggak banyak nulis disini jadilah beberapa waktu lalu gue mencoba untuk melihat kembali apa yang pernah gue tulis disini. Definisi dari blog secara dangkalnya bagi gue ya seperti virtual diary. Sayangnya, gue secara pribadi gak suka nulis diary ataupun menjadikan diri gue sebagai objek tulisan gue sendiri. Itu kenapa, most of what I've been written here was something not critically or emotionally. I speak mostly about movies, books, koreans, interested places, or something that have no meaning. Sesuatu yang menurut gue nggak ada faedahnya.
Berhubung blog ini udah ada dari jaman dulu dan 2016 termasuk nggak banyak nulis disini jadilah beberapa waktu lalu gue mencoba untuk melihat kembali apa yang pernah gue tulis disini. Definisi dari blog secara dangkalnya bagi gue ya seperti virtual diary. Sayangnya, gue secara pribadi gak suka nulis diary ataupun menjadikan diri gue sebagai objek tulisan gue sendiri. Itu kenapa, most of what I've been written here was something not critically or emotionally. I speak mostly about movies, books, koreans, interested places, or something that have no meaning. Sesuatu yang menurut gue nggak ada faedahnya.
Jadi, di tahun ini gue punya resolusi yang simple tapi sedikit muluk-muluk sebenernya; to gain interest in many things around me. To learn everything.
Learn disini termasuk hal-hal sederhana. Definisi dari belajar itu kan luas, antara lain 'dari tidak tahu menjadi tahu' atau 'dari tidak bisa menjadi bisa'. Sebenarnya itu resolusi yang udah gue cetuskan dari tahun kemarin loh, tapi ya gitu, I am a human too.
Ketika gue sekolah dulu, gue terfikir untuk menjajah 'dunia' nanti ketika gue sudah cukup dewasa dan hidup bebas. Sayangnya, dua tahun belakangan gue berada di comfortable zone. Gue merasa cukup dengan rutinitas gue sebagai pekerja sekaligus pelajar. Cukup disini maksudnya, waktu gue cukup tersita dengan kedua hal itu dan gue nggak mau dipusingin lagi sama hal-hal yang rumit diluar itu.
Januari kemaren gue 22 tahun.
Learn disini termasuk hal-hal sederhana. Definisi dari belajar itu kan luas, antara lain 'dari tidak tahu menjadi tahu' atau 'dari tidak bisa menjadi bisa'. Sebenarnya itu resolusi yang udah gue cetuskan dari tahun kemarin loh, tapi ya gitu, I am a human too.
Ketika gue sekolah dulu, gue terfikir untuk menjajah 'dunia' nanti ketika gue sudah cukup dewasa dan hidup bebas. Sayangnya, dua tahun belakangan gue berada di comfortable zone. Gue merasa cukup dengan rutinitas gue sebagai pekerja sekaligus pelajar. Cukup disini maksudnya, waktu gue cukup tersita dengan kedua hal itu dan gue nggak mau dipusingin lagi sama hal-hal yang rumit diluar itu.
Januari kemaren gue 22 tahun.
Karena lagu Taylor Swift itu, kebanyakan orang menjadikan 22 tahun seperti 17 tahun yang kedua. Di momen itulah gue berada pada satu titik gimana gue akhirnya merenungi apa yang telah gue dapatkan selama 22 tahun gue hidup ini.
Gue mencoba mengingat apa yang dulu pernah gue inginkan baik dalam bentuk materi ataupun sesuatu yang wujudnya gak keliatan. Lalu gue sadar, ada banyak hal yang salah dalam diri gue. Bisa dikatakan, sembilan puluh persen dari materi yang gue inginkan sudah gue miliki tapi nol persen untuk diri gue sendiri dalam artinya gue tidak menjadi pribadi yang lebih baik. I gain outside but not inside.
Dunia itu nggak kecil. Dunia bukan cuma Cempaka Putih-Rawamangun. I wasted my times for two years.
I am Fini. 22 yo girls with no goals, with no passion.
Bye.
0 komentar
Comment