Book - Memori by Windry Ramadhina
October 27, 2014
Semenjak baca Montase dan langsung jatuh cinta sama gaya menulisnya Mbak Windry Ramadhina. Gue jadi getol banget nyari - nyari novel dia. Sebagai pencinta novel Indonesia (yang belakangan ini cukup menjanjikan dan nggak kalah bagus sama novel barat), tentu aja seneng rasanya nemuin penulis yang gaya berceritanya 'gue' banget.
Setelah berhasil berburu Metropolis, Londen : Angel dan yang terakhir Interlude, (buat yang terakhir super duper nggak mengecewakan), akhirnya dengan susah payah gue mencari dua novel Windry yang belum gue baca. Memori dan Orange. Lalu, secara nggak sengaja juga blogger yang blognya sering banget gue kunjungi, ternyata penggila Windry dan bahkan dia sudah pernah mereview Memori ini. Setelah susah payah ubek - ubek berbagai toko buku online, akhirnya gue dapet bukunya. Hati - hati spoiler ~
Kisah bermula dari seorang Arsitek yang gila kerja bernama Mahoni. Ia meneruskan karier nya di Amerika dan berpisah dengan orang tuannya. Mahoni adalah pribadi yang idealis dan keras, efek dari trauma yang ia alami ketika kedua orang tuanya bercerai. Mahoni diasuh oleh ibunya Mae, seorang penulis yang terus menyiksa diri dengan tulisan kelamnya dan tak pernah bisa memaafkan mantan suaminya. Mahoni juga sangat menjaga jarak dengan ayahnya yang telah berselingkuh dengan seorang wanita bernama Grace dan memiliki seorang anak laki - laki bernama.
Bisa dibilang Amerika adalah tempatnya melupakan segala kenangan buruk masa lalunya. Hingga suatu hari Mahoni mendapat telfon dari Jakarta bahwa ayahnya dan Grace meninggal dalam sebuah kecelakaan. Mahoni akhirnya kembali ke Jakarta untuk melayat, melihat ayahnya untuk terakhir kali. Sayangnya, kepulangannya ke Jakarta membuatnya tak bisa kembali lagi ke Amerika. Ia di bebani sebuah tanggung jawab yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya : mengasuh Sigi, anak lelaki Grace yang masih duduk di bangku SMU. Terang saja Mahoni menolaknya, salah satu alasannya adalah karena dia anak Grace, dan ia harus kembali bekerja di Amerika. Sayangnya Mahoni tak bisa menolaknya. Satu - satunya keluarga yang mungkin merawat Sigi adalah pamannya, namun pamannya baru saja terkena musibah, maka dengan sangat terpaksa, Mahoni mengasuh Sigi hingga keadaan pamannya normal kembali. Dengan terpaksa juga, ia memperpanjang cuti nya dan tetap tinggal di Jakarta sampai waktu yang belum di tentukan.
Ia jelas tak menyukai hari - hari yang ia lalui bersama Sigi, apalagi harus tinggal di rumahnya yang penuh kenangan indah masa kecilnya namun ternoda oleh perselingkuhan ayahnya dengan Grace. Di tengah kekesalannya, Mahoni bertemu dengan teman kuliahnya bernama Simon, mantan kekasihnya dulu yang telah memiliki hubungan dengan gadis lain bernama Sofia. Simon dan Sofia mengajak Mahoni untuk bergabung dengan perusahaan yang baru mereka bangun. Mahoni menyetujuinya sekedar mengisi kekosongan waktu sebelum ia kembali ke Amerika.
Mahoni dan Simon memiliki sifat yang serupa. Keras kepala dan idealis, hal itu yang membuat mereka bedua selalu berselisih tanpa ada yang hendak mengalah. Persinggungannya dengan Simon justru menimbulkan benih - benih kerinduan diantara mereka. Apalagi setelah Mahoni tahu Simon masih menyimpan barang milik Mahoni dulu. Hal itu membuat Mahoni terlempar menjadi sosok Grace. Wanita yang datang di tengah kebahagiaan orang lain dan merusaknya.
Dari situ ia merasa mengerti mengapa bisa ada Grace? Dan Sigi, di tengah kekalutannya, Sigi justru menjadi sosok yang dewasa dan memberi kehangatan bagi Mahoni.
Sosok Sofia berubah seperti Mae. Tapi disitu pula ia melihat Mae dan Sofia bukanlah pribadi yang sama. Sofia tidak seperti ibu Mahoni yang terus terbelenggu dalam sakitnya pengkhianatan dan tak henti - hentinya menangisi hidupnya. Sofia adalah pribadi yang lapang dada dan tersenyum kembali setelah ia terjatuh.
Mahoni sadar arti keluarga. Betapa dendam tidak akan ada habisnya dan justru akan menggerogoti pemiliknya. Berkaca dari sikap Sofia, Mahoni pun mulai memaafkan. Memulai kembali keluarga bersama Sigi, dan mungkin dengan Simon nantinya.
Manis banget kan ceritanya? Seperti biasa Mbak Windry nggak pernah mengecewakan. Tinggal berburu Orange yang susah banget di cari.
Udah kasih bintang tiga bintang di Goodreads!!
0 komentar
Comment