Snap

December 23, 2018


Jakarta, 20 Desember 2018

Thought

Perkara Toilet

December 22, 2018

Tadi siang, gue dan adek gue jalan ke CGV D-Mall Depok buat nonton Ralph Breaks The Internet. Gue nggak mau bahas film nya karena percayalah beberapa bulan lagi itu Film bakal ditayangin di tipi. Jadi seperti biasanya aja, tulisan ini nggak lain dan nggak bukan berisi keluh kesah gue pada cara kerja dunia -_-

Semua bermula dari TOILET yang membuat gue jadi mikir panjang sepanjang jalan balik naik commuter dan tentu saja, otak gue yang kayak mau meledak ini perlu dinetralkan dengan cara nyampah di virtual dairy ini.


Apakah hanya gue di dunia ini yang selalu kesel kalau masuk ke toilet umum?
Bukan perkara kebersihannya karena kalau di omong lagi ini bakal jadi super rebek. Ini perkara antre.

Travel

How is Bali? (Day 1)

December 14, 2018


Satu kalimat pembuka : Not too memorable 

Gue bukan menyalahkan Bali itu sendiri, gue hanya menyayangkan kesempatan mengunjungi tempat indah ini dengan keadaan yang jauh dari kata ideal. Ini bukan liburan yang sesungguhnya. Ini nggak lain adalah fomalitas yang harus dijalankan oleh seorang karyawan yang mengabdi pada sebuah perusahaan.

When people got envy about me going to this place, I have never expected anything about this vacation.
Why? 
Because, I went there with a group travel member which contains a bunch of people (more than 300++ people).. This is kind of full package travel with you sticking around with your tour leader, going here and there by full AC busses, without knowing anything, just going and keep going by the itinerary that has been set.. and yep.. You never ever get immerse with the surrounding circumstances and the culture. 
This is definitely not what is called a vacation. Such a waste.

Playlist

Only Then

November 11, 2018

Listening to sad songs is my number one hobby. Not because I want to hurt myself, but in addition to chilling down, because ballad is slow and soft. Actually this song was released last winter, but I'm going to write especially to welcoming my favourite month; November rain.

I remind silent for a while while held my breath after solemnly watched the MV last February. As usual, Roy Kim- my solely autumn boy, coming back with another heart-wreaking pieces; Only Then.


Typical another Sangwoo's song, this is heart-breaking but not violent in delivery.

This song conveys a message about the overwhelming sadness and despair of a man who feels his relationship with his lover has been on the edge and he is trying so hard to avoid a breakup that seems in sight. 

The way to love me isn’t hard
Just hold me tight like you are now
We don’t know what will happen to us later
But I like that nothing’s decide.

Who cares what others say?
We can’t live without each other,
So what’s the problem?
We can be more in love together.

It's clearly tells the heart of a man who doesn’t want to break up for reasons that he thinks are not stronger than their love. Just like the tittle “Only Then”, he also wants to tell that there is the best time to break up. This is really interesting for me as a woman, through this song, perhaps I can know a little about how a man views in a relationship.

Thought

Role Mode

November 04, 2018

Semua ini bermula dari satu obrolan ringan gue dan Ka Anna di bawah naungan tenda Pakde Bakso depan kampus; "Karena nggak ada yang bisa dijadiin panutan,"
Gue mau sharing tentang apa yang terjadi di lingkungan kerja gue. Kontennya, bukan perkara gue nggak bersyukur sama perkerjaan gue saat ini disaat banyak orang diluaran sana yang hilir-mudik mencari kerja. Bukan ingin mengeluh juga, hanya sekedar sharing. Oke?



I was old enough to saying this.
Pengalaman kerja 4 tahun ini gue rasa cukup untuk jadi bahan sharing tentang urusan kerjaan. Ya, walaupun dalam lingkup suatu pabrik keberadaan gue ini tidak terlalu signifikan, tapi semoga tulisan ini bisa dijadikan bahan untuk berfikir dan juga bersyukur.

Gue mau melakukan sebuah pengakuan yang sedikit menakjubkan: I am sick of my work life.


Experience

My First Cheating Day

October 31, 2018

Gue baru saja melakukan kesalah besar. Bener kata orang, cheating day saat detox nutrition itu emang sangat berbahaya untuk orang dengan self-control lemah macam gue. Terbukti.. Bukan melakukan penggantian glikogen atau nutrisi yang kurang saat detox, gue malah balas dendam.

Dan gue menyesal -_-

K-Drama

KDrama - The Innocent Man / Nice Guy (2012)

October 19, 2018

세상 어디에도 없는 착한 남자
Nice Guy Who Never Seen Anywhere in this World 

(posted in 2015)

Golden era nya Kdrama bagi gue pribadi jatuh di tahun 2009-2013. Setelah malang-melintang di dunia per k-drama an dan sudah banyak makan asam garam macam rupa jenis genre, sambil setengah denial  harus gue akui kalau drama favorit gue selalu MELODRAMA; classic melodrama ; traditional melodrama; which is genre ini udah ketinggalan jaman dan semakin jarang ditemui tahun-tahun belakangan.

Salah satunya ; THE INNOCENT MAN / NICE GUY

Yang sampai sekarang masih menempati posisi no. 1 melodrama favorit gue sepanjang masa yang masih rutin gue rewatch setiap tahunnya.
Beberapa lalu gue habis rewatch Nice Guy untuk yang ke 12345x nya dan rasanya ingin banget mengupdate tulisan ini. 

Full writing The Innocent Man ini sudah mengalami revisi yang tak terhitung berapa kalinya karena entah kenapa, setiap rewatch gue selalu dapet insight baru dari drama itu. Sampai saat ini, belum ada lagi melodrama yang bisa menggeser posisi The Innocent Man di hati gue.

Let's start!

Dari semua official poster promotion Nice Guy yang di rilis, poster diatas yang paling gue suka. The hanging tears in his eyes ngegambarin banget tokoh utama, Kang Maru yang hidupnya semenyedihkan itu. Setahu gue poster diatas di banned sama asosiasi hangul korea karena hangul 착칸 남자 (Nice Guy) di poster itu sengaja dibikin salah eja (merujuk ke satire dari Nice Guy). Alhasil judul dan segala materi promosi, termasuk poster drama dan official teaser yang udah kepalang tayang pun terpaksa turun layar.  Revisi dilakukan sejak episode 3 dengan menggunakan ejaan yang benar yaitu 세상 어디에도 없는 착한 남자 (Nice Guy Who Never Seen Anywhere in this World).


Entah gue perlu minta maaf atau enggak, tapi..
I love Kang Maru more than Descendant of the Sun's Yoo Sijin. 
I love Kang Maru more than Song Joongki himself.
And.. I love Kang Maru more than any fictional character in whole kdrama world. 

Bicara soal Song Joongki, gue mau berterima kasih sama Moon Chaewon dan abang-abang tukang DVD langganan gue di Stasiun Bogor jaman gue SMA dulu yang dengan ambisiusnya merekomendasikan gue untuk nonton Nice Guy. Berkat liat wajah Moon Chaewon di covernya, tanpa ragu gue beli DVD nya dan..... diperlihatkanlah gue ini dengan kualitas Song Joongki sebagai aktor. Berkat bucin Nice Guy, gue bersyukur bisa menikmati range akting Song Joongki as an ACTOR Song Joongki tanpa cawe cawe gimmick apapun, dan tentu saja sebelum era Descendant of the Sun menyerang, membuat Song Joongki menjadi stereotype icon of Hallyu di Indonesia.

Nice Guy bukan drama pertama Song Joongki yang gue tonton.
Dulu gue udah sering banget liat dese berseliweran di mana-mana dengan image flower boy nya, mulai dari Running Man sampai on going Sungkyunkwan Skandal di TV ikan terbang tentunya dan selama ini, gue nggak pernah impressive dengan pesona beliau. Sekali lagi, berkat Nice Guy gue akhirnya  melihat sisi lain dari seorang Song Joongki as an actor dan dibuat merinding berkali-kali sama range akting dia. Thanks to Kang Maru yang bikin gue jadi Song Joongki's fan, satu-satunya K-actor yang gue stan sampai lebih dari satu dekade ini.

Sekarang fokus ke Kang Maru.
Bicara soal Kang Maru ini nggak akan ada habisnya.
Belum pernah gue temuin karakter super complicated, super layered dan dark macam Kang Maru.

Tulisan ini sengaja gue dedikasikan khusus untuk Kang Maru, karakter yang memerlukan banyak pemahaman dan pemakluman dari kita penonton tapi, begitu kita bisa melihat dunia through his eyes, kita nggak bisa untuk nggak jatuh cinta sama dia. Dari Kang Maru, kita akan banyak melihat dan belajar tentang macam-macam bentuk cinta sampai ke bentuk yang gue nggak pernah tahu adanya. Thank for him about that lesson.

Banyak
banyak sekali drama which had well-written stories kalau dibanding dengan Nice Guy.
Nice Guy sendiri nggak punya racikan yang baru dan akan kalah kalau disandingin dengan drama drama jaman sekarang; sangat makjang, old-fashioned dan nggak cocok lagi tayang di tahun-tahun sekarang. Nice Guy ini typical not-for-everyone-drama tapi buat yang berhasil nangkep ceritanya, pasti  bakal nyimpen Nice Guy minimal di TOP 10 drama sepanjang masa atau paling banter, nggak akan pernah bisa lupa perjuangan sosok Kang Maru yang super legend itu.

Bagi gue pribadi, kenapa sampai sekarang gue nggak bisa move on dari drama ini ; it's rare to find drama that had much impact for myself for such a super long time. Sudah lebih dari satu dekade berlalu dan Nice Guy masih punya tempat tersendiri di hati gue. Terlepas dari makjang nya itu, Nice Guy punya beberapa point yang bikin gue menjadi dia best drama all time;
  • Directing. Untuk di tonton sekarang, jelas udah jadul banget vibesnya, tapi bagi gue termasuk yang high quality pada jaman itu. Beberapa mutual gue sampai saat ini masih menyebut  September - November adalah Nice Guy's month karena vibes silent summer dan sendu autumn nya semelekat itu. 
  • OPEN CREDIT bikin merinding dengan theme song yang ikonik. Masih masuk best open credit sepanjang sejarah.
  • OST Various Artist nya masih jadi daily playlist gue. Full credit dari gue untuk Music Director-nim nya karena bener-bener OST Various Artist nya sebagus itu.
  • Chemistry dan tentu aja kualitas acting semua castnya.
  • Yang harus banget dapet full credit dan standing applause selain director, music director dan actors nya ya tentu aja Lee Kyunghee, penulis naskah Nice Guy yang bisa bikin narasi drama ini segitu deep nya. Monolog dan dialog antar tokohnya, hampir semuanya quote-able. Beautifully yet painfully. Gue secara nggak sengaja selalu nonton karya nya Lee Kyunghee; I'm Sorry I Love You, A Love to Kill, dan yang terbarunya Uncontrollably Fond, bagi gue Nice Guy tetep nomer satu. (Update in 2019 : Lee Kyunghee bikin drama baru judulnya Chocolate, ceritanya bagus dan Lee Kyunghee banget). Beliau emang pantes dapet julukan ratu melodrama karena semua karya dia selalu ngasih impact yang cukup wadidaw ke gue dan ke para pecinta melodrama.
  • Perpaduan dari narasi bagus + backsound bagus + akting bagus tentu aja ngehasilin adegan high quality yang kayaknya setiap detailnya perlu dibahas. Sebegitu (nyakitin) bagusnya sampe bikin diri ini kalau engga sesek nafas nahan nangis atau nangis sampe sesek nafas. 
Balik lagi ke judulnya rada unik dan agak kontradiksi;
Nice Guy Who Never Seen Anywhere In This World, pria baik yang nggak akan pernah ada di dunia ini. 

Maksudnya?

Judul itu emang cocok untuk menggambarkan tokoh yang dari tadi gue sebut Kang Maru. Ngeliat Kang Maru dulu waktu gue masih SMA, gue sangat ga setuju dengan judulnya. Karena Kang Maru ini enggak ada baik-baik nya, enggak ada innocent-innocent nya, malah cenderung dingin, manipulated dan licik. Dulu kayaknya gue belum cukup dewasa untuk bisa paham, seiring berjalannya waktu gue akhirnya paham maksud Nice Guy dalam diri Kang Maru ini. Bukan karena dia berhati dan bersifat baik, letak Nice Guy / Innocent Man dalam diri Kang Maru ini adalah karena dia punya cinta yang luar biasa besar untuk orang-orang yang dia cinta dan rela berkorban sejauh itu untuk mereka. Pada akhirnya, dia memang pantas dapet julukan ; 'Nice Guy Who Never Seen Anywhere In This World'.

Book

What I've been Looking for in a Story

September 16, 2018

Gue sedang dalam fase yang namanya 'need some amusement'. Gue pernah bilang bahagia gue itu sangat sederhana. Cukup nonton series/movie, denger instrumental atau baca buku. Sialnya belakangan ini sesuatu yang sebetulnya sederhana ini jadi nggak sederhana lagi. Susaaaaaaah banget untuk gue 'menyelamkan diri' ke dalam sebuah cerita, jangankan menyelam, terhanyut aja macem susah banget. Padahal deretan drama dan film yang kata orang-orang bagus dan buku-buku best seller udah teriak-teriak butuh sentuhan tapi apalah daya jika hati enggan tergerak. Padahal dulu gue nonton segala jenis film masuk, baca segala jenis buku dari yang garing sampe yang super keren khatam. Sekarang? Nope. Nggak ada yang bisa menarik perhatian gue.

Dari sekian banyak film yang gue tonton tahun ini, hanya Little Forest yang bisa memenuhi ekspektasi gue. Dari sekian banyak drama korea bertebaran dengan rating super tinggi, hanya My Wife is Having an Affair this Week nya JTBC yang tayang tahun lalu yang berhasil membuat gue puas dengan ceritanya. Buku? Gue telah sepenuhnya beralih dari fiksi ke poetry, gue telah berpaling dari Windry Ramadhina ke Amanda Margareth saking frustasinya nggak bisa nemu cerita yang gue pengenin. 

So, this is several things what I've been looking for in a story..


Thought

Happy Ending Doesn't Exist

September 08, 2018


a happy ending doesn't exist.

Gue sharing ini karena gue pernah membuat fiksi dimana tokohnya tidak berakhir bersama. 

Teman-teman pembaca wattpad menyebut gue "such a cruel writer" hanya karena gue menulis "unbelievable-cruel-tragic story". Mereka ingin gue bertanggung jawab karena membuat dada mereka sesak gegara menangis bagai tsunami. Bahkan ada yang komen pake emoticon -_- doang saking dia keselnya kali sama gue. Ibarat gue kena boikot gitu. 
Kebanyakan dari mereka tidak bisa menerima sepenuhnya akhir cerita itu. Kebanyakan dari mereka kecewa.

Disitulah gue sadar akan sesuatu.
Tidak banyak orang yang suka cerita dengan akhir yang tidak sesuai keinginan mereka. Banyak orang yang tanpa mempertimbangkan keseluruhan ceritanya tetap mengatakan sebuah cerita buruk hanya karena berakhir tidak bahagia. Kita pasti punya ekspektasi sendiri saat menonton film atau membaca buku tapi karena ekspektasi itulah kita sering merasa kecewa. Secara psikologi bahkan bisa dijelaskan jika setiap manusia punya keinginan dasar untuk menghindari segala kesakitan. Secara natural, setiap manusia memang punya keinginan untuk tidak terluka. Human nature jika setiap orang ingin melihat dan mengalami hal-hal yang membahagiakan makanya gue nggak heran kalau banyak yang kontra sama tulisan gue itu. Gue juga seperti itu dulu. Gue selalu menginginkan akhir bahagia di semua cerita yang gue baca karena gue percaya nggak ada yang namanya kesukaran abadi. Gue percaya jika setiap pengorbanan akan membuahkan hasil karena kayaknya nggak adil aja kalau setelah melalui segala ujian ending nya tetap aja nggak bahagia.

Tapi, tidakkah itu terlalu naif? 

"Shouldn't every story end happily?
However, happiness has its own form, and in human relationships, happiness does not always mean together, right? If this is the ending of this story, I can fully accepted.
This beautifully written story doesn't have to be wrapped up with both characters ending up together and spending the rest of the life time together. It is enough to know that after years, they still hold each other deep inside their hearts. It was still a beautiful love. "
- seseorang meninggalkan komen itu di cerita gue.

That is such a major impactful comment I've get.

Kadang dari cerita yang gue buat sendiri itu, gue bisa mendapat impact yang berbeda dari reaksi pembaca. Itu kenapa gue suka menulis, to open more point of view.

The mature I had, I prefer stories that end up in an open ending nor sad. 
Why? 
Because that give us a lesson if not everything in this world goes happily. There are no fairy tale-liked stories. There is something called broken heart, there are disappointment, there are pain, and there are tears. Bahkan kenyataannya, dongeng yang gue baca waktu kecil kebanyakan juga sad ending -_- Kenyataannya akan selalu seperti itu. Hidup tidak selalu memberikan jawaban seperti apa yang dijanjikan. Jika kebahagiaan diartikan dengan kebersamaan, maka itu pasti sepaket dengan perpisahan. Akan ada hari dimana perpisahan mengakhiri kebersamaan itu. Jika tidak terpisah karena takdir Tuhan, bisa juga berakhir dengan ditinggalkan atau tergantikan. Selalu seperti itu.

Karena itu, gue mencoba menggeser prespektif gue akan deskripsi dari makna kata bahagia itu sendiri.

Happy is not always about two people are end up together.
Happy not about someone who managed to achieve his goals.

Jika pada akhirnya hidup tidak memberikan jawaban yang diinginkan, bukan berarti akhirnya layak disebut tragic ending. Hidup bukan hanya tentang Si Angel dan Evil yang harus mendapat hukuman dan apresiasi dari cara mereka hidup. Tapi tentang pelajaran apa yang mereka bawa dalam kisah mereka. Hidup tidak selalu memberikan jawaban seperti apa yang dijanjikan. Tapi tentang kebijaksanaa.

Karena gue percaya,
bahagia punya wujudnya masing-masing.

Sometimes it's better to giving up..
Sometimes it's better to letting go..

and we're here..
writing and living in this melancholic story..

Thought

A Monologue by a Loner

September 01, 2018

Today is Saturday.
I woke up around five and the rain greeted my morning.
The sound of rain in the morning gives a soothing relaxation effect. So, don't want to miss a chance, I grab my morning coffee– the real coffee, while listening Magnolia from The Innocent Man OST. Such a perfect Saturday that led my desire to write something deep.


Yesterday, following up my social media detox program, I deactivated my personal Instagram.

A few of my friend thought me exaggerated with this and continuously asked what happened with me. Sorry for my social anxiety, actually, I am fine. I never struggle to be friendly and outgoing. I’m interested in other people, easily introduce myself with new people I encounter and I’m eager to share my thoughts and experiences with others too. I used to be very outgoing and can’t stop talking, – now still, but now I think I was selective mute as a kid. I don’t know why or how I changed exactly. Maybe that changed because I eventually not found people who were like me and whom I could be myself with. Or maybe I just had poor verbal skills and it decreases with age. I really don’t know. I had work acquaintances but no real friends. 

I like spending time alone. A lot.

But, am I a loner? 
Probably not.
I just realised that everyone is living in their own vivid live. 

But most of us do need other people– to some extent, thinking introversion as maladaptive habit, depressed or in extremely anxiety state. It isn't always like that, like me who doesn't understand why there are people who have to be accompanied to go to the bookstore, people often misinterpret solitude as loneliness too. It is mutual but not the same. Loneliness is a signal that someone need more togetherness but, Real Loners just don’t need others. 

As an introvert, a small social circle can full-fill all my needs. I don’t have a huge number of contacts but still feel socially connected. Most people use to not needing others. Most people don't like being burden-er. I am alone because I am so self-sufficient that other people just aren’t on my emotional map. I am just a happy person who’s found the right balance between solitude and togetherness. 

If you are asking, why is someone really like spending so much time alone?
It might be because she is trying to become someone new. If you find someone whose needing time away from social ties, it might mean that person entering a new phase of her life. She might be at a point in her life where she just want more space. 

But there is one thing that I aware for being alone, the Real Solitude is a "highly-risk activity". It can make me blind from ‘what happened in this world?, and turn into isolation person.

College

2/3 ST

August 11, 2018

Gue resmi menjadi alumni KP-IP (Kerja Praktik Indonesia Power) setelah gue menuntaskan sidang KP gue Senin lalu.

Tentang sidangnya (?)
Allah memang sayang banget sama gue. Setelah sidang TA-1 sebelumnya gue merasa dunia nggak adil, akhirnya di sidang KP ini gue merasa "akan datang hari baik" itu emang bener-bener ada. ALHAMDULILLAH LUAR BIASA LANCAR JAYA BEBAS HAMBATAN TANPA ARAL MELINTANG. Gue dapet penguji yang luar biasa baek nauzubillah dan semua pertanyaan yang dikasih ke gue bisa gue jawab dengan lancar jaya. Walau gue sempet gagap sejenak waktu gue jelasin PnID nya HRSG padahal pas latihan lancar jaya kayak orang nyanyi wkwkwk..

Sidang itu momoknya inget gimana katjrutz nya sidang TA-1 gue yang diuji dosen killer sejurusan. Mungkin pada dasarnya gue berjodoh sama si Bapak itu karena termodinamika gue juga ngulang sama beliau, dan perkara KP kali ini juga gue dijodohkan lagi dengan si Bapak yang alhamdulillahnya beliau jadi pembimbing gue :) Kalau jadi pembimbing bapak itu baek sekaly, cuma revisian nya itu tiap hari bertambah-tambah tapi mentok di Pustaka yang bikin gue kudu ubek-ubek handbook lagi -_-

Nggak banyak cerita dari sidang gue yang terlampau lancar itu. Ceritanya banyak ketika gue on-going KP disana Oktober tahun lalu. Jadi, biarkan gue kilas balik tentang apa yang terjadi selama Oktober tahun lalu dalam hidup gue.

10 hari gue jadi Qudha..
Bersama ka Anna teman hidup gue.

Gue KP di PT Indonesia Power UPJP Priok, Jakarta Utara.
KP disini itu... LUAR BYASA ENYAK. 10 hari gue disana penuh suka cita bahkan sampe tahap dimana gue betah banget di ruang TV pojokan.
Hari 1 gue inget digiring sama satpam untuk ke Humas dan disana gue ngasih surat-surat kampus, ngisi data ini-itu dan langsung menuju ke K3 untuk training K3. Hari pertama yang luar biasa menyenangkan karena beres training jam 10.00 kita boleh langsung pulang. Barulah hari selanjutnya gue di giring sama salah satu kakak Humas untuk ke TKP. Dimana lagi kalau bukan di Laboratorium nya. Hari 1 itu, bapak supervisor lab yang harusnya gue temui itu belum dateng jadi kita dibimbing sama duo kakak yang supeeeeer baeeeeek paraaaaaaah Ka Edo sama Ka Dede. Ka Dede anak UMJ juga, anak SMAKBO dan yang terpenting kite sama-sama alumni anak PKL BAYER CIMANGGIS wkwkkw.. Disana gue dijelasin gimana proses yang ada di IP secara umum. Siang nya barulah gue ketemu sama Pak Adi, bapak supervisor yang LUAR BIASA BAIK PARAH YA ALLAH ku tak mengerti lagi mengapa ada bapak-bapak sebaik beliau.. Dan hari-hari selanjutnya, kita mulai immerse dengan situasi dan keadaan.

Thought

Sosial Media Detox

July 31, 2018

Soon, the 2019 election will be held.
I was diving in CNN that afternoon and.. I suddenly stop scrolling my feed, let out noise sigh.
Hufft~~ Social media  getting worse.
You know what I mean, right?
I hate the fact that social media is now often misused. Truth becomes unclear. It's all depends on the news-maker who is mostly not neutral and impartial.

The poison world populated by toxic people.
TOXIC.


As a born introvert, I enjoy spend the time to myself and often need it to recharge and relax. Regardless, just like other millennial children, I just like most of tech-minded generation. Too addicted in my devices and all things about virtual activities. I always miss the message all the time but smartphone always in my hand. Such a coward.

That afternoon, something hit right on my head.
I never except something like this will happen to me. 
BAAAAAM!!! Now.. 
I knew how to be bored.

Social media getting suck.
Social media is tiring.
Social media is frustrating..

Movie

Movie - Little Forest

May 10, 2018

Long time no review post~

Melodrama will always be mine but, if you are looking for a movie that you can feel blend with nature, like inhale morning dew scent or staring shooting star in the roof of your house without a care in the world, “Little Forest” is the best answer for you who have been tired of this messy world.


I don’t know why I love these kinds of indie feels movie. It is just a small movie with no villain, no real tension, and no real conflict either. But suddenly this kind of question come to my mind after watched it; “Do we really need uptight forever in our lives?”. Of course, not.

Metropolitan people try to enjoy their live with spend a lot of money, to have such a fancy life-style but this movie tickles us to think back again and just have a simply-life. Letting go is on of the best action we can do, because it’ll be give us exact answer what we’ve wanted.

The story is about, Song Haewon (Kim Taeri),  a good natures college kid who regains her spirit after comeback to her hometown. Simply-life. Waking up in the morning with no worries, cooking, farming, playing with pet, bickering and annoying with her loving friend and life in general are the flick’s main features. Her presence and the chemistry with her friends pumps fun into what could have been a mundane film about country life. Always loving Ryu Junyeol since Reply 1988 and start liking Jin Kijoo as an antagonist in Misty, but I’ve never know this trio (with Kim Taeri) will be this awesome. The trio is truly loveable in how they sometimes annoy but genuinely care about each other. Their problems seem very minor, but that is the beauty of it: you can see that everything is going to work out in the end.

Self Focus

Authentic Things About Me : Contradiction

February 11, 2018

Seperti biasa, instead ngurusin revisian penelitian, gue malah nyasar dimari. Pengen nulis apa gitu disini tapi nggak pengen tema nya yang berat-berat munculah judul macem ini.

Sebenernya sifat ini nggak autentik juga karena gimana pun sifat manusia itu pasti dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang akhirnya membentuk kepribadian seseorang. Tapi sebagai pengamat diri sendiri yang jelas sangat subjektif, ini adalah pribadi gue yang tumbuh berkat motivasi lingkungan dan rasa ingin tahu gue.

Nggak sedang menjadi sok tua, tapi setelah melewati masa sekolah, pertemanan, cinta-cintaan, dunia kuliah, dunia kerja, ambisi, ego, idealism vs realism, peer pressure, dll, gue rasa kepribadian seseorang akan terbentuk dengan sendirinya karena keadaan-keadaan itu. Pencitraan cuma di medsos, kenyataannya nobody's perfect. Jangan percaya dengan tipu-tipu dunia virtual.

Belakangan ini, gue kehilangan selera untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya menjadi hobi dan ambisi gue. Hal-hal yang dulu begitu seru untuk dilakukan menjadi tidak lagi menarik belakangan ini. Anxiety? Nggak ngerti juga ini indikasi apa. Gue jadi makin sering ngerasa bosen tapi nggak tahu harus melakukan apa buat ngehilangin kebosanan itu. Ketika gue coba ngelakuin hal tertentu untuk menghilangkan kebosanan itu, semua itu akan berujung membosankan.

Kalau hidup menjadi ribet begini, sebenernya salah siapa, ya Lord?

Karena motivasi gue ngeblog selain untuk merecord hidup gue adalah untuk menjernihkan pikiran, maka jadilah tulisan perkara keuring-uringan gue ini. 

Setelah setengah jam melakukan analisis pada diri sendiri yang sekali lagi gue tekankan akan sangat subjektif, di dapatlah beberapa point otentik tentang sifat gue, antara lain (P.S nya; tulisan ini bisa jadi pencitraan. Kacaan gue belum tentu sama dengan kacaan orang disekitar gue) ;

K-Drama

Aesthetic Drama : Age Of Youth

February 10, 2018

Age of Youth mungkin akan menjadi satu-satunya light drama yang masuk ke list drama favorit sepanjang masa versi gue. Karena gue cenderung lebih gandrung sama adult drama yang konflik nya itu lebih kompleks dan tenti nonton nya lebih tinggi. Kalau Age of Youth ini dari segi alur dan konflik nya ampas banget kalau dibanding dengan Makjang yang biasa gue nonton sampe bisa bikin emosi jiwa. Receh dan teenlit banget.. Tapi yang bikin gue betah banget dan nggak bosen untuk rerun berkali-kali adalah karena... cinematography nya!

Aesthetic banget dengan dominasi warna pastel dan kiyuts parah. Soundtrack nya easy listening, detail propertinya yang dabes, banyak dengan barang-barang imut. Pokoknya girly banget.

Hasil gambar untuk aesthetic drama age of youth

Singkatnya, AOY ini nyeritain ke hidupan anak Kost Belle Epoque dengan segala naik-turun kehidupannya. AOY ini udah ada dua season. Dua-duanya bagus tapi kalau disuruh milih, gue lebih prefer sama Season 1 nya.

College

1/3 ST

January 28, 2018

Judul alternatifnya "Terjebak di Penelitian Dosen"

Postingan sebelumnya (disini) menandakan asal-mula penderitaan tak berkesudahan. Asal mula dimulainya kontrak gue bersama duo kakak-kakak caur yang nggak bisa akur kalau gue nggak ada diantara mereka; Ka Anna Aqmaliah yang seterusnya akan gue sebut sebagai Ka Ann dan Ka Zulfikar Adi Bhaskara yang seterusnya akan gue panggil Kokom.

Gue bingung mulai darimana saking lawas nya.
Intinya, Sabtu, 27 Januari 2018 lalu, AKHIRNYA..... gue SIDANG.
SIDANG TA-1 alias sidang penelitian.

Kenapa "akhirnya"?
Karena temen-temen gue yang mulai penelitian bareng gue nanya mulu "Perasaan kita mulai penelitian bareng tapi  kok elu kagak sidang-sidang?" *denger itu tiap ketemu, bikin kuingin berkata kasar -_-  Sampai titik darah penghabisan pun, belum ada hilal gue bakalan sidang. Setahun bray setahun! Dari awal semester 6 dan baru beres diakhir semester 7, padahal ini kredit matkul semester 6. Tervaik emang pini.

Prolog nya gini;
Gue dapet penelitian hibah dari dosen seperti yang sudah pernah gue ceritakan sebelumnya. Penelitian ini dibidang ilmu teknologi nano, dimana ini bidang agak-agak ngeyeleneh dikit dari kebanyakan kasus yang diangkat oleh para teknik kimia (di kampus gue), soalnya gue nggak bicara soal distilasi, ekstraksi, dll.

Daily

23 y.o

January 28, 2018

Terakhir gue posting tentang ulang tahun itu di tahun 2014, waktu gue menginjak 19 tahun.

Karena pada dasarnya gue nggak suka surprise dalam bentuk apapun, makanya gue bersyukur luar biasa ulang tahun gue tahun ini jatuh di Hari Ahad. 
Jadi, Sabtu tanggal 20 kemarin, satu hari sebelum gue ulang tahun, gue super hectic. Gue masih sibuk nyusun laporan TA-1 di kampus, pagi gue kampus, sore gue kantor, malem gue ke Cakung,  jam 21an gue otw Bogor dan hampir tengah malem gue baru sampe di Bogor. Lucunya adalah, begitu sampai Bogor, gue sempet main handphone sebentar sampai akhirnya gue sadar jam di layar handphone gue nunjukin pukul 00.24 yang artinya, gue ulang tahun..

Selamat Ulang Tahun Pini~


Setelah itu gue tidur.

Daily

Tracking Back My Lyfe

January 07, 2018

P-I-N-D-A-H

Bicara soal ibukota..
Bicara soal Jakarta..

Melihat bagaimana gemerlapnya, membayangkan betapa kemilaunya, banyak orang bermimpi untuk menjamah tanahnya, tapi tidak dengan gue. Dari kecil bahkan sampai gue lulus SMA, gue nggak pernah punya keinginan untuk menjadi bagian dari kata itu. Ngebayangin gimana semrawutnya aja udah bikin sakit kepala, kalau masih punya pilihan gue akan menolak untuk tinggal disana.

Sayangnya, takdir menyeret gue untuk menjadi bagian darinya. Memiliki label sebagai masyarakat metropolitan yang kesannya melulu enak padahal enggak juga. Tahun 2014 lalu tepatnya, gue terpaksa meninggalkan udara sejuk Bogor, pergi ke kota dimana rupiah berputar cepat setiap harinya, menjejali paru-paru dengan udara yang sudah terpapar banyak karbon monoksida.

Hidup tak lagi stagnan setelah lulus sekolah.
2014-2015-2016-2017-dan seterusnya.. entah sampai kapan, akan begerak semakin cepat.

Post awal tahun 2018 adalah, tracking back my lyfe~


Summaries

9th Years Blog Calendroid

January 06, 2018

SELAMAT DATANG 2018!!
SELAMAT SEWINDU NGE-BLOG~~

Kalau liat blog archives, post petama gue memang dimulai di tahun 2010. Sebetulnya, itu kebohongan. Gue mulai blog ini dari tahun 2009. Keren nggak sih, gue yang waktu itu masih SMP kelas 3 udah punya blog (?)

I would have a long list of blog archive if I never restarted my blog (maybe this is my 6496496364th blog). Posted-deleted-posted-deleted is my hobbies after spending hours to pick one of thousands blog templates.

Jujur, tahun 2009-2010-2011-2012 itu gue udah banyaaaaak banget nulis, minimal sebulan sekali pasti ada tulisan. Tentang ke-alayan gue ketika gue beralih dari SMP ke SMA, tentang temen-temen gue di sekolah, moment ga jelas, cita-cita absurd, hal-hal annoyed, satire kehidupan, curhatan tentang seseorang yang drama abis, pokoknya kalau gue nggak pernah me-restart blog gue ini, jejak kealayan gue masih akan terpampang nyata di archives. :)

Tahun 2011/2012 mungkin, gue melakukan cleaning besar-besaran pada blog ini. Saat itu gue sedang mengalami krisis dalam hidup gue; krisis jati-diri. Gue lelah mengkritisi, gue lelah sama drama kehidupan. Dari dulu, dari gue kecil, gue emang sering merasa kalau gue itu came from another planet yang nyasar ke bumi, sering banget ngerasa out of space kalau lagi di satu lingkaran pertemanan, tapi di tahun itu bener-bener sampai klimaksnya, gue bener-bener feelin' tired of society. Gue benar-benar lelah dengan kehidupan sosial yang selama ini susah payah gue adjusting sama keadaan tapi gue nggak benar-benar merasa bahagia berada disana. Di tahun itu pula, gue memilih untuk menjadi individu yang independent dan berhenti bergantung pada orang lain. (Seseorang di masa lalu gue mungkin melihat jelas perubahan gue itu, dari bocah cheer-full yang banyak tingkah, jadi cewek moody yang susah banget dihubungi dan lebih sering diem)

Karena itu gue melakukan pembersihan besar-besaran dalam hidup gue.
Keluar dari society, merestart hidup gue, dan berdampak pada merestart blog ini.
Sejujurnya gue sedikit menyesal pernah menghapus posting blog gue karena kalau dipikir-pikir sekarang, banyak cerita lucu dulu yang kalau dibaca lagi mungkin bisa bikin senyum-senyum sendiri, lumayan kan bisa jadi jejak pembelajaran, bisa untuk kilas balik, ye gak?