Hiking dan mengejar Golden Sunrise di Prau, Sindoro atau Sumbing masih menjadi impian yang sampai saat ini belum berhasil terealisasikan. Abang-abang naik gunung gue udah pada sibuk dengan dunia nya masing-masing. Apalah daya ku ini yang sudah membeli sepatu hiking tapi dari baru beli sampai sekarang (udah 4 tahun) belum juga di pakai. Mana tahu, gue malah menceklis salah satu keinginan gue ini justru bersama Emak dan Bapak *lop-u-pul papap-mamak.

Dengan bermodal kupluk kucing dan sendal adorable yang super kiyuts, gue dan keluarga gue menerjang dinginnya udara pagi itu. Mobil sedan emak gue terpaksa offroad kecil-kecilan naik turun bukit dengan kecepatan agak maksa demi ngejar sunrise yang diperkirakan bakal naik sekitar pukul 06.00. Sedih adalah, waktu mobil gue baru naik ke area parkir langit udah mulai terang, sedih lagi adalah waktu semburat kekuningan mulai keliatan di sela-sela bukit ketika gue naik ojeg. Begitu sampai di start point pendakian, tanpa banyak babibu dan tanpa pemanasan, gue sekeluarga langsung gas puuuuoooooool naik ke puncak bukit.

Belum sampai diatas, kita udah disuguhkan dengan pemandangan macam ini.

Barulah ketika matahari semakin naik, gerombolan orang datang ke sudut ini. Gue nggak lanjut  naik sampe ke atas karena gue ke doktrin omongan emak-emak yang baru turun dari atas yang bilang bagusan di tempat ini ketimbang di atas karena di atas udah penuh sesak banget sama orang jadi nggak bisa leluasa liat sunrise apalagi foto-foto.