Banda : The Dark Forgotten Trail

August 12, 2017

Ketika orang-orang sibuk nyari seat buat nonton Annabelle.
Pertanyaannya adalah;  sejak kapan gue ikhlas ngabisin duit buat nonton pelm setan?

Bebererapa waktu lalu, gue diracun oleh salah seorang teman virtual dengan film berjudul Banda : The Dark Forgotten Trail.

Pertanyaan selanjutnya adalah; sejak kapan gue nonton Dokumenter?
Jawabannya adalah; Sejak gue sadar kalau Dokumenter itu menyuguhkan sebuah kejujuran *atsaaaaah~
Sebetulnya karena film ini berbicara banyak tentang isu penjajahan.
Menurut resensi, mereka bicara banyak tentang Banda, kepulauan yang dulu dianggap sebagai surga bagi seluruh dunia.

Mereka berbicara banyak tentang bagimana dulu Banda di agungkan oleh dunia karena menghasilkan buah Pala, tentang bagaimana Banda menjadi saksi bisu pertumpah-darahan dan pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh VOC, tentang bagaimana tokoh-tokoh besar pejuang kemerdekaan lahir dan tentang bagaimana mana Banda yang kini terlupakan.

Akhirnya, Kamis malam kemarin gue jalan ke Mertropole pake sendal jepit, kaos oblong dan jaket angkatan bareng bapak gue tercinta naek motor tanpa double helm..

So, here is it..
Sejarah yang terlupakan.

Hasil gambar untuk banda the dark of forgotten trail poster

Miris, karena dalam satu studio hanya diisi kurang dari 20 orang. 

Yang bikin sedihnya lagi adalah.. dari sembilan belas orang yang ada di studio saat itu, sebagian besar penonton adalah orang-orang seusia papah gue. Hanya ada gue dan tiga-empat anak muda disana padahal alangkah lebih baiknya jika generasi muda menonton film semacam ini, biar mereka nggak buta sejarah, biar mereka tahu kalau kemerdekaan itu bukan sesuatu yang didapat dengan mudah.

Gue mau cerita sedikit tentang Film ini.

Film ini dipaparkan dengan teknik narasi yang dibacakan oleh Oom Reza Rahardian, teknik wawancara dari beberapa sumber, dibantu dengan subtitle english. Terdiri dari beberapa segmen. Yang gue inget pertama tentang buah pala itu sendiri; kingdomnya, genusnya, jenisnya, kegunaannya, pengolahannya dan mengapa orang-orang di Eropa sana berburu banget nih buah. Segmen kedua, menceritakan tentang para ekspeditor yang menjelajahi dunia dan menemukan Pulau Banda sebagai pulau penghasil rempah dan tentang Jalur Sutera. Segmen selanjutnya, tentang cerita pilu ketika Belanda merebut Banda dari Inggris dan kekejaman ketika VOC menduduki Banda, Segmen selanjutnya tentang multikulturalisme yang ada di Banda dan tentang kerusuhan besar yang terjadi setelah merdeka. Segmen yang terakhir tentang Banda saat ini.

*setelah ini siap-siap ngantuk karena gue mau bahas tentang efek untuk diri gue sendiri dari beberapa krusial moment di Film itu.

Gue mau sekedar cerita aja dengan pengetahuan gue yang seiorit ini dan dengan latar belakang gue yang buta sejarah. Maap-maap aja kalau gue sering komentar pait tanpa tahu betapa lamanya riset dan gimana ribet nya bikin film.

Jaman SD dulu, gue tahu penjajah kesini karena rempah-rempah dan yang gue tahu dulu Belanda ngejajah Indo karena dia pengen bikin negara serikat gitu. Tapi gue nggak tahu kalau jaman dulu Pala dianggap lebih berharga dari emas sampe seisi dunia berebutan, tatanan dunia berubah, sampe orang gak segan-segan melakukan pertumpah-darahan hanya demi Pala. Sebagai anak SD, yang gue tahu dulu Belanda ngejajah Indo buat bikin negara serikat gitu. Ternyata.. nggak cuma itu. Darisini, gue jadi tahu lebih banyak.

Jadi, dulu, rempah-rempah dianggap lebih berharga dibanding emas, terutama Pala karena setiap bagian dari tanaman itu bisa dimanfaatkan. Bisa jadi bumbu masak, minyak, penyedap dan yang bikin Pala punya harga tinggi itu karena Pala bisa dijadikan sebagai pengawet. Dulu kan belum ada kulkas jadi pengawetan alamiah itu jelas satu-satunya cara.

Gue pernah mempertanyakan; kenapa Indonesia jadi negara yang pernah dijajah, bukan jadi negara penjajah?

Jawabannya gue temukan disini.
Karena sejak jaman dahulu kala memang bangsa-bangsa Eropa sudah unggul bidang ekspedisinya. Mereka sudah punya konsep pemetaan dunia dan gambaran tentang dunia berkat itu. Contohnya Christopher Columbus, orang eropa yang diketahui nemuin Benua Amerika (tapi usut punya usut ternyata doi bukan orang pertama yang sampai di Amerika).

Di Banda sudah ada perdagangan bebas. Masyarakat Banda melakukan perdagangan bebas dengan pedagang dari Cina dan Arab dengan sistem barter. Menurut sejarah juga, Cina dan Arab itu sengaja menutupi keberadaan rempah di Maluku karena nggak pengen punya saingan. Tapi setelah Kerajaan Sriwijaya kalah, Maluku dikuasai oleh Kerajaan Majapahit dan darisitu pedagang-pedagang Eropa mulai berdatangan, Dimulai dari Potugis, Spanyol, Inggris, hingga Belanda.

Masyarakat Banda itu punya kecenderungan tidak terlalu suka dengan pedagang Belanda karena mereka punya kecenderungan untuk menguasai, mengatur dan memonopoli. Sedangkan masyarkat pribumi menjunjung tinggi asas, keadilan, kerja-sama dan gotong-royong. Inggris memanfaatkan kealotan antara masyarakat pribumi dan Belanda untuk merebut hati orang pribumi. Pelan-pelan Belanda diusir dari Banda oleh Inggris. Tak terima dengan kekalahannya, Belanda datang lagi ke Banda dengan mengibarkan perang yang sesungguhnya.

Di bagian ini, ada satu bagian yang baru gue dan bapak gue tahu yaitu; Tentara Belanda datang ke Banda dengan kapal-kapalnya dan hendak menyerang dari depan. Diluar dugaan, air laut surut, kapal tidak bisa bergerak dan kesalahan itu membuat Belanda kalah telak melawan orang Banda. Para jenderal dan petinggi-petinggi Belanda banyak yang tewas di tangan warga Banda saat itu.

Singkat cerita, ada kerumitan antara Inggris dan Belanda kala itu. Gue agak nggak paham soalnya ini masalahnya tentang blok-blok barat dan timur. Perseteruan antara Belanda dan Inggris ini berujung pada Perjanjian Breda dimana salah satu poin nya berisi Maluku dikembalikan pada Belanda dengan menukar Pulau Run (Maluku) dengan Pulau Manhattan (New York) untuk Inggris. SEBERHARGA ITU PALA sampe Belanda mau nuker Pulau coba demi Pala -_- (omong-omong tadi gue baca di liputan6.com katanya tahun ini adalah tepat 350 tahun Pulau Run di tukar dengan Pulau Manhattan itu)

Tokoh paling menarik perhatian gue dalam kisah ini adalah, Jan Peterszoon Coen, nih orang agak nyentrik, kalau di drama-drama dia itu villain. JP Coen ini dulunya salah awak kapal ketika Belanda gagal masuk Banda. Dia ngeliat sendiri atasan-atasannya mati ditangan orang Banda makanya dia seperti punya dendam ke masyarakat Banda. Delapan tahun kemudian, dia balik lagi ke Nusantara dan diangkat jadi Gubernur Jenderal. Dia menguasai Jayakarta. Sistem yang dia bawa juga cukup menguntungkan, jadi dia hancurin Jayakarta kemudian dia bangun ulang dan diubah namanya menjadi Batavia. Nggak cuma nama, tapi juga sistem pemerintahan. Pelan-pelan mulai nguasain semua bidang, pelan-pelan ngusir semua musuhnya keluar dari Nusantara. 

JP Coen balik lagi ke Banda untuk memonopoli penjualan Pala di Maluku. Ini orang adalah biang keladi dari pembantaian masal petani di Banda yang menolak menjual Pala ke kompeni. Bahkan ada hukuman namanya gue lupa, dimana kalau ada kelompok pemberontak, kelompok itu akan dihukum dengan cara tangan dan kaki masing-masing diikat ke kuda, dan kuda itu dibiarkan lari ke empat arah yang berbeda. Kebayang gimana ngilunya? Hukumn itu wajib disaksikan oleh seluruh keluarga. Sumpah sadis. Ini adalah pembantaian paling sadis sepanjang sejarah yang memakan korban sampai 14.000 orang. Sisanya dibawa ke Batavia untuk dijadikan budak, dsb. Bahkan sampai saat ini, kejahatan ini tidak bisa diadili saking mengerikannya.

Ada satu segmen lagi.
Kalau sebelumnya banyak dikisahkan tentang sisi gelap, setelahnya adalah kisah yang sedikit membawa pencerahan. Setelah kulkas di temukan, eksistensi palapun mulai merosot. Banda mulai di tinggalkan, penjajah mulai berpergian. Banda yang dulu diagung-agungkan dan dianggap surga  berubah menjadi tempat pembuangan, tempat pengeksekusian dan tempat perasingan. Tokoh utama dalam segmen ini bukan lagi VOC dan warga Banda, tapi beralih ke Moh Hatta, Sutan Syahrir, Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma Sumantri yang dikenal sebagai founding father. Mereka di buang oleh Belanda ke Banda Neira dan dari situlah sebuah semangat perjuangan lahir. Disanalah rumusan Indonesia untuk pertama kalinya lahir. Ada satu cerita yang sedikit menarik. Ketika M. Hatta mengecat perahu miliknya dengan cat merah-putih, kala itu tentara Belanda menanyakan mengapa di cat dengan warna merah-putih. Jawabannya "Karena jika perahunya di cat merah-putih, saat dibawa ke laut, dia akan menjadi merah-putih-biru, itu bendera Belanda,". Guyon sih, tapi kok asik?

Dan segmen terakhir adalah..
Tentang Banda saat ini.
Tentang perpecahan yang mengguncang Ambon pada tahun 1998 karena isu SARA. Ada seorang narasumber yang menceritakan secara detail kejadian yang menimpa beliau saat itu. Bagaimana keluarganya mati-matian ia lindungi di sebuah rumah kosong, bagaimana dia hampir diadili hanya karena dia berasal dari golongan yang berbeda.

Ibaratnya tuh, udah susah payah diperjuangin, udah susah payah disatuin segala macem perbedaan demi kemerdekaan. Terus rusak, karena isu SARA. Ya Allah.. pengen nangis aja gue mah.

Cukup sampai disini penjelasan membosankannya.

Overall, ini Film sangat worth it untuk beginner seperti gue tapi untuk orang-orang yang memang sudah paham betul seluk-beluknya, Film ini memang kurang dalam dikupas. Kalau menurut gue pribadi, kontennya  sudah mendekati sempurna. Tone nya yang dibikin gelap, bikin suka karena seolah memang ingin menyampaikan sisi gelapnya itu. Cum, masalah directing/cinematography kurang cocok dengan gue. Efek "mirroring"-nya entah apa namanya itu dan musiknya yang kadang kekencengan bikin gue kurang menikmati, kayak kurang smooth. Terus banyak gambar yang diputar berulang jadi kayak kekurang stock gambar. Satu lagi, keindahan alam nya kurang di explore. Padahal itu benteng dengan background laut nya BAGUS PARAH!!

Ada satu gambar yang bikin gue agak merinding; ketika lambang VOC yang di ukir dilantai di injak oleh kaki-kaki kecil anak-anak Banda. Symbolic banget!

Terlebih dari bagaimana gue punya komentar pait, silahkan tonton film ini untuk yang ingin merasa lebih Indonesia.

Ah ya, satu lagi pertanyaan gue.
NAPA NIH FILM SUSAH BANGET DI CARINYA YAK?
Dari 6 bioskop yang ada disekitar kosan gue, nggak ada satupun yang nayangin Banda. Di Jakarta Pusat sendiri cuma tayang di Metropole dan Taman Ismail Marzuki -_-

You Might Also Like

0 komentar

Comment