Simple Living Intentions

August 17, 2019

Dua minggu lalu, sepulang dari Bandung, gue dan ibu gue melakukan salah satu kegiatan rutin di rumah; kerja bakti besar-besaran. Bagi gue, membersihkan rumah merupakan hal yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Dari serentet kegiatan itu, melakukan decluttering lemari pakaian adalah hal yang paling nggak gue suka. Bukan karena nggak mau/nggak ikhlas membuang baju-baju tak terpakai dari dalam lemari, tapi justru karena gue already getting sick melakukan decluttering baju. Setiap setengah tahun kami rutin memisahkan baju tak terpakai tapi setiap itu masih saja didapat berkarung-karung pakaian tak terpakai. 

Papah dan Mamah gue termasuk orang yang valuing something dari memori nya. Seperti gaun-gaun lucu waktu gue kecil, kebaya/kemeja dari jaman mereka kuliah, kamera lama, buku-buku jadul, belum lagi kalau beresin area rumahnya lain seperti kamar, ruang tamu, dan dapur. Akan semakin banyak barang yang sebetulnya hanya menuh-menuhi lemari tapi barang itu jarang digunakan (atau bahkan belum pernah digunakan sama sekali). Baju, sepatu, tas, alat tulis, tumpukan kaset/dvd, tupperware, kertas bekas, tumpukan koran/majalah, kabel-kabel, dll adalah barang-barang yang paling sering ditemukan saat kita melakukan decluttering. Nggak jarang kita juga bakal ngucap "Aku baru inget aku punya ini loh mah," kayak gitu saking banyaknya barang nya kita punya tapi kenyataannya barang yang kita pakai cuma yang itu-itu aja.

Dari situlah, gue ada intention untuk menerapkan konsep Minimal Living.

Kesannya memang ikut-ikutan doang, tapi selama konsep yang diterapkan itu memang positif dan nggak merugikan, so why not?


Tujuan utama gue mulai melakukan minimal living adalah untuk mengontrol diri agar tidak mudah terobesesi akan sesuatu terutama yang memiliki sifat kebendaan dan ujung dari minimal living yang mulanya diterapkan kepada benda/barang ini bisa membawa kita ke arah meyederhankan pikiran. Seperti yang selama ini gue sadari tentang diri sendiri, gue termasuk orang yang ini kepalanya totally mess, bukan over-thinker tapi terlalu banyak task yang perlu dicerna otak gue ini (bisa merujuk ke posting ini). Nah, menyederhanakan pikiran ini agaknya bisa membuat hidup kita lebih tenang dan bisa fokus pada tujuan-tujuan hidup yang lebih penting dan lebih bermakna. Selain itu cash flow kita juga pasti akan terpengaruh karena akan terhindar dari membeli barang-barang nggak guna. Mind conscious atau self-control itu bukan perkara gampang.

Makin kesini juga gue mulai lelah "menghamburkan" uang pada sesuatu yang nggak ada value nya. Karena fakta yang gue rasain, punya ini-itu nggak mesti bikin kita bahagia. Seringnya malah nyesel karena sering beli sesuatu yang nggak berguna. Gaya hidup konsumtif itu jelas nyata adanya di sekitar kita. Padahal gue bukan termasuk orang yang "kabita" (bahasa sunda, yang artinya; latah kalau orang punya sesuatu alias pengenan) tapi segini aja gue masih susah handling keuangan. Contohnya, beli barang karena ada promo. Menurut gue, promo promo yang hari gini bertebaran dimana-mana itu sedikit banyak menggeser prespektif kita tentang konsep apa yang kita butuhkan vs apa yang kita inginkan. Maknanya udah bergeser jadi, "Gue beli ini mumpung ada promo, kapan lagi kan?" Nah. kata "mumpung" itu emang toxic banget. Padahal harusnya kita rethinking lagi, seberapa esensial barang itu? Selama apa kita akan pakai barang itu? Jangan karena promo, barang yang kita sebenernya ga butuhin aja akhirnya dibeli. Kenapa kita harus punya banyak varian barang padahal waktu SD gue belajar yang namanya kebutuhan primer manusia ini cuma terdiri dari Sandang, Pangan dan Papan?

Menerapkan minimalism itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan overnight. Prosesnya panjang dan tentu saja bertahap. Saat ini gue disebut sebagai The Gradual Minimalist yaitu orang yang sadar bahwa saat ini mereka memiliki terlalu banyak barang dan mereka ingin mengurangi itu. Kunci nya ada di konsistensi, doakan agar bisa istiqomah :)

Because a healthy living leads you to a happy life, 
I hope so...

You Might Also Like

0 komentar

Comment